Penelitian gempa Pidie Jaya libatkan LIPI dan NOAA
5 Maret 2017 16:14 WIB
Dokumentasi anggota Kodam I/Bukit Barisan bersama santri dan warga membersihkan reruntuhan bangunan masjid pascagempa 6,5 SR di desa Medeun Juk, Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh, Minggu (11/12/2016). Presiden Joko Widodo berjanji akan membangun kembali fasilitas umum seperti masjid, pondok pesantren dan sejumlah sekolah yang rusak akibat gempa pada Rabu (7/12/2016). (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Sabang, Aceh (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Badan Cuaca Amerika National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) akan melakukan penelitian di lokasi gempa Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, 7 Desember 2016 silam.
"BMKG, LIPI dan NOAA akan melakukan penelitian dilokasi patahan gempa Samudera Hindia, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh dari, 8 sampai dengan 9 Maret 2017," kata Kepala Stasiun BMKG Kota Sabang, Siswanto, di Sabang, Minggu.
Guncangan gempa tektonik 6,4 pada skala Richter, pukul 05:03:36 WIB Rabu pagi (7/12), di koordinat 5.19 LU-96.36 BT, jarak 18 kilometer arah timur laut Kabupaten Pidie Jaya, pada kedalaman 10 kilometer itu menelan korban jiwa sebanyak 102 orang, 96 di antaranya warga Pidie Jaya, 4 warga Pidie dan 2 warga Bireuen.
"Kegiatan penelitian ini juga sekaligus meneliti sesar baru yang diduga memicu akibat gempa tektonik itu," sebut Siswanto.
BMKG juga menyampaikan, penelitian di Selat Makala dan Samudera Hindia ini satu paket dengan Ekspedisi Indonesia Prima 2017 atau Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis/ Indonesia PRIMA (INAPRIMA) dari 20 Februari-16 Maret 2017.
"BMKG, LIPI dan NOAA akan melakukan penelitian dilokasi patahan gempa Samudera Hindia, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh dari, 8 sampai dengan 9 Maret 2017," kata Kepala Stasiun BMKG Kota Sabang, Siswanto, di Sabang, Minggu.
Guncangan gempa tektonik 6,4 pada skala Richter, pukul 05:03:36 WIB Rabu pagi (7/12), di koordinat 5.19 LU-96.36 BT, jarak 18 kilometer arah timur laut Kabupaten Pidie Jaya, pada kedalaman 10 kilometer itu menelan korban jiwa sebanyak 102 orang, 96 di antaranya warga Pidie Jaya, 4 warga Pidie dan 2 warga Bireuen.
"Kegiatan penelitian ini juga sekaligus meneliti sesar baru yang diduga memicu akibat gempa tektonik itu," sebut Siswanto.
BMKG juga menyampaikan, penelitian di Selat Makala dan Samudera Hindia ini satu paket dengan Ekspedisi Indonesia Prima 2017 atau Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis/ Indonesia PRIMA (INAPRIMA) dari 20 Februari-16 Maret 2017.
Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: