Festival Tambora diawali lari 320 km
1 Maret 2017 23:18 WIB
ilustrasi: Jelang Dua Abad Tambora Peserta tari mengikuti gladi bersih peringatan Tambora Menyapa Dunia di kawasan Doro Ncanga, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jumat (10/4/15). Tambora Menyapa Dunia merupakan acara peringatan meletusnya gunung Tambora 200 tahun lalu. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) ()
Mataram (ANTARA News) - Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Mohammad Faozal mengatakan penyelenggaraan Festival Pesona Tambora 2017 pada 5-11 April akan diawali kegiatan lari lintas alam (Ultra) Pulau Sumbawa berjarak 320 kilometer.
Mohammad Faozal di Mataram, Rabu, mengatakan kegiatan lari lintas alam Pulau Sumbawa berjarak 320 kilometer saat ini sudah memasuki tahun ketiga. Kegiatan itu merupakan rangkain dari Pesona Tambora yang didukung sepenuhnya oleh harian Kompas.
Sementara itu, Direktur Komunitas Harian Kompas Rusdi Amral mengatakan lari lintas Pulau Sumbawa berjarak 320 km itu dilaksanakan pada 5-8 April 2017. Dimulai dari Kabupaten Sumbawa Barat dan berakhir di Doro Canga, Kabupaten Dompu.
"Yang menjadi peserta lari itu paling tidak memiliki kualifikasi pernah ikut marathon yang sama 320 km. Itu sebagai syarat utama. Jadi tentu pesertanya terbatas jumlahnya karena yang bisa 320 km pun sangat terbatas," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman pertama di Festival Tambora 2015, kata Rusdi, yang bisa masuk garis finish hanya dua orang. Kemudian di tahun 2016 turun menjadi satu orang yang bisa sampai garis finish.
"Kami menitikkan waktu tempuh para pelari tidak boleh lebih dari 72 jam. Kami berharap tahun ini banyak pelari yang bercita-cita menembus dan mengukir rekor lari ultra Sumbawa," katanya.
Menurutnya, medan lintasan lari ultra Sumbawa adalah yang tersangar bagi para pelari pofesional. Selain jarak yang jauh, suhu dan medannya juga ekstrem.
"Memang para pelari ini tidak sekadar memenuhi tenggat waktu yang sudah ditentukan, tetapi melampaui juga dari kemampuan dirinya sehingga ingin maju," imbuhnya.
Sedangkan untuk rute sendiri, lanjutnya, mencakup lima kabupaten/kota di Pulau Sumbawa, yakni Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, serta Kota Bima.
"Kami ingin mengangkat potensi di lima kabupaten/kota itu sehingga NTB tidak hanya dikenal Lomboknya saja, tetapi juga pulau Sumbawanya yang besar bagi kontribusi perekenomian di NTB," katanya.
Mohammad Faozal di Mataram, Rabu, mengatakan kegiatan lari lintas alam Pulau Sumbawa berjarak 320 kilometer saat ini sudah memasuki tahun ketiga. Kegiatan itu merupakan rangkain dari Pesona Tambora yang didukung sepenuhnya oleh harian Kompas.
Sementara itu, Direktur Komunitas Harian Kompas Rusdi Amral mengatakan lari lintas Pulau Sumbawa berjarak 320 km itu dilaksanakan pada 5-8 April 2017. Dimulai dari Kabupaten Sumbawa Barat dan berakhir di Doro Canga, Kabupaten Dompu.
"Yang menjadi peserta lari itu paling tidak memiliki kualifikasi pernah ikut marathon yang sama 320 km. Itu sebagai syarat utama. Jadi tentu pesertanya terbatas jumlahnya karena yang bisa 320 km pun sangat terbatas," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman pertama di Festival Tambora 2015, kata Rusdi, yang bisa masuk garis finish hanya dua orang. Kemudian di tahun 2016 turun menjadi satu orang yang bisa sampai garis finish.
"Kami menitikkan waktu tempuh para pelari tidak boleh lebih dari 72 jam. Kami berharap tahun ini banyak pelari yang bercita-cita menembus dan mengukir rekor lari ultra Sumbawa," katanya.
Menurutnya, medan lintasan lari ultra Sumbawa adalah yang tersangar bagi para pelari pofesional. Selain jarak yang jauh, suhu dan medannya juga ekstrem.
"Memang para pelari ini tidak sekadar memenuhi tenggat waktu yang sudah ditentukan, tetapi melampaui juga dari kemampuan dirinya sehingga ingin maju," imbuhnya.
Sedangkan untuk rute sendiri, lanjutnya, mencakup lima kabupaten/kota di Pulau Sumbawa, yakni Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, serta Kota Bima.
"Kami ingin mengangkat potensi di lima kabupaten/kota itu sehingga NTB tidak hanya dikenal Lomboknya saja, tetapi juga pulau Sumbawanya yang besar bagi kontribusi perekenomian di NTB," katanya.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: