Rupiah Rabu pagi bergerak melemah
1 Maret 2017 10:41 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 19 poin menjadi Rp13.357, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.338 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 19 poin menjadi Rp13.357, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.338 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang dolar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menyusul komentar hawkish dari beberapa pejabat The Fed mengenai peluang kenaikan suku bunga acuan.
"Di saat investor menunggu pidato Presiden AS Donald Trump di depan Kongres AS, spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret ini justru meningkat, situasi itu membuat dolar AS terapresiasi," katanya.
Ia menambahkan bahwa penguatan dolar AS bisa semakin intensif jika pidato Trump memberikan rincian kebijakan mengenai belanja infrastruktur yang besar serta pemangkasan tingkat pajak yang agresif.
Di tengah sentimen eksternal yang cukup mendukung dolar AS, lanjut dia, dijadikan alasan oleh sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri untuk melepas aset berdenominasi rupiah. Di sisi lain, indeks manufaktur Indonesia Februari 2017 yang kembali turun di bawah 50, menambah sentimen negatif.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa menjelang rilis data ekonomi yang sedianya akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pelaku pasar juga cenderung menahan diri melakukan transaksi.
"Sikap pelaku pasar tidak terlalu agresif menjelang rilis data ekonomi domestik. Diperkirakan data inflasi tetap stabil sehingga tidak akan sampai menekan rupiah lebih dalam," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang dolar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menyusul komentar hawkish dari beberapa pejabat The Fed mengenai peluang kenaikan suku bunga acuan.
"Di saat investor menunggu pidato Presiden AS Donald Trump di depan Kongres AS, spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret ini justru meningkat, situasi itu membuat dolar AS terapresiasi," katanya.
Ia menambahkan bahwa penguatan dolar AS bisa semakin intensif jika pidato Trump memberikan rincian kebijakan mengenai belanja infrastruktur yang besar serta pemangkasan tingkat pajak yang agresif.
Di tengah sentimen eksternal yang cukup mendukung dolar AS, lanjut dia, dijadikan alasan oleh sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri untuk melepas aset berdenominasi rupiah. Di sisi lain, indeks manufaktur Indonesia Februari 2017 yang kembali turun di bawah 50, menambah sentimen negatif.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa menjelang rilis data ekonomi yang sedianya akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pelaku pasar juga cenderung menahan diri melakukan transaksi.
"Sikap pelaku pasar tidak terlalu agresif menjelang rilis data ekonomi domestik. Diperkirakan data inflasi tetap stabil sehingga tidak akan sampai menekan rupiah lebih dalam," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: