Jakarta (ANTARA News) - Studi Microsoft di 13 negara Asia Pasifik menunjukkan para pemimpin bisnis merasa perlu bertransformasi secara digital untuk mendorong pertumbuhan perusahaan.
"Organisasi yang tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman akan menjadi kurang kompetitif," kata Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro di Jakarta, Selasa.
Dari sisi budget, transformasi digital dengan
memanfaatkan teknologi Cloud akan menghemat anggaran dan dapat
dialokasikan lebih banyak untuk melakukan inovasi.
Budget, lanjut dia, mengecil karena sistem sewa sehingga perawatan infrastruktur menjadi urusan vendor lain.
"Budget bisa dipakai untuk betul-betul berinovasi mendukung bisnis," kata dia.
Dalam studi "The Microsoft Asia Digital Transformation Enabling The
Intelligent Entreprise", 90 persen pemimpin bisnis Indonesia merasa
mereka perlu bertransformasi digital.
Tetapi, baru 27 persen yang memiliki strategi menyeluruh. 51 persen masih merencanakan dan 22 persen belum memiliki strategi.
Perusahaan atau organisasi yang melakukan transformasi digital umumnya dipicu dua hal, berada dalam masalah, misalnya performa tidak baik dalam 2-3 tahun terakhir atau sudah menjadi market leader dan ingin mempertahankan posisi tersebut.
Berdasarkan studi Microsoft, ada lima hal yang menjadi penghambat transformasi digital, yaitu:
1. Masalah keamanan siber
2. Kurang tenaga kerja yang memiliki keahlian digital
3. Tidak ada mitra teknologi yang tepat
4. Lingkungan ekonomi tidak pasti
5. Kurang kebijakan pemerintah dan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung
Lima tantangan transformasi digital
28 Februari 2017 14:12 WIB
Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro (ANTARA News/Natisha)
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017
Tags: