Tersangka Yayat dikenal sebagai pedagang aksesoris
27 Februari 2017 19:08 WIB
Petugas kepolisian memasang garis polisi di Kantor Kelurahan Arjuna, Bandung, Jawa Barat, Senin (27/2/2017). Kepolisian berhasil menangkap seorang pria terduga teroris yang meledakkan benda yang diduga "Bom Panci" di Taman Pandawa Bandung dan melakukan pembakaran kantor kelurahan Arjuna. (ANTARA/Novrian Arbi)
Cianjur (ANTARA News) - Tersangka peledakan bom di Kelurahan Cicendo, Bandung, dikenal sebagai pedagang aksesoris dan mainan anak-anak yang sehari-hari berjualan di sejumlah sekolah di Kecamatan Cilaku, Cianjur, Jabar.
Dua hari sebelum melakukan aksinya, warga dan pemilik rumah kontrakan masih sempat berkomunikasi dengan Yayat Cahdiyat yang mengeluh sepinya jual beli, sehingga dia terpaksa pindah berjualan ke Kecamatan Karang Tengah yang terpisah jarak puluhan kilometer dari Kampung Ciharashas.
Selama mengontrak di kampung tersebut, Yayat banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya terutama pada Didih (58) pemilik rumah yang dikontrak Rp200 ribu setiap bulannya. Sejak di-PHK dari pabrik di Bandung, membuka usaha cuci steam sepeda motor dan berjualan mie ayam pernah dijalaninya.
"Alasannya pindah ke Cianjur karena ingin mencari suasana baru. Selama ini yang saya dan warga tahu, dia berjualan mainan anak-anak dan aksesoris seperti jepit rambut, bros dan pensil yang dihias. Dia biasa mangkal di sekolah SD yang ada di wilayah Cilaku, satu pekan terakhir dia pindah jualan ke Karang Tengah karena sepi jualan di Cilaku," katanya.
Dia menuturkan, Yayat memiliki seorang istri yang sampai saat ini tidak diketahui namanya dan tiga orang anak, dua orang di antaranya laki-laki dan satu perempuan."Awal pindah anak dan istrinya tidak dibawa selang dua bulan, istri dan anak bungsunya sudah ada. Sedangkan dua anaknya yang lain baru beberapa bulan di sini," katanya.
Sebelum dibawa ke Cianjur, tambah dia, anak dan istrinya tinggal bersama orangtuanya di Bandung. Bahkan satu hari sebelum berangkat ke Bandung, Yayat sempat meminta izin dan menitipkan kontrakan."Katanya hari Senin mau melihat ibu mertuanya yang sedang sakit di Bandung. Seninnya saya mendegar dia berangkat sebelum adzan subuh," katanya.
Ia mengaku tidak menyangka Yayat adalah teroris yang meledakan bom di Cicendo, Bandung karena selama ini, tidak ada kejanggalan dan kecurigaan warga melihat gerak-geriknya. Bahkan selama mengontrak di kampung tersebut, Yayat tidak pernah membuat kegaduhan termasuk kedatangan tamu.
"Meskipun sempat melihat berita di televisi, namun kami baru yakin ketika puluhan petugas datang ke kampung kami dan melakukan pengeledahan di dalam rumah kontrakan Yayat," katanya.
Dua hari sebelum melakukan aksinya, warga dan pemilik rumah kontrakan masih sempat berkomunikasi dengan Yayat Cahdiyat yang mengeluh sepinya jual beli, sehingga dia terpaksa pindah berjualan ke Kecamatan Karang Tengah yang terpisah jarak puluhan kilometer dari Kampung Ciharashas.
Selama mengontrak di kampung tersebut, Yayat banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya terutama pada Didih (58) pemilik rumah yang dikontrak Rp200 ribu setiap bulannya. Sejak di-PHK dari pabrik di Bandung, membuka usaha cuci steam sepeda motor dan berjualan mie ayam pernah dijalaninya.
"Alasannya pindah ke Cianjur karena ingin mencari suasana baru. Selama ini yang saya dan warga tahu, dia berjualan mainan anak-anak dan aksesoris seperti jepit rambut, bros dan pensil yang dihias. Dia biasa mangkal di sekolah SD yang ada di wilayah Cilaku, satu pekan terakhir dia pindah jualan ke Karang Tengah karena sepi jualan di Cilaku," katanya.
Dia menuturkan, Yayat memiliki seorang istri yang sampai saat ini tidak diketahui namanya dan tiga orang anak, dua orang di antaranya laki-laki dan satu perempuan."Awal pindah anak dan istrinya tidak dibawa selang dua bulan, istri dan anak bungsunya sudah ada. Sedangkan dua anaknya yang lain baru beberapa bulan di sini," katanya.
Sebelum dibawa ke Cianjur, tambah dia, anak dan istrinya tinggal bersama orangtuanya di Bandung. Bahkan satu hari sebelum berangkat ke Bandung, Yayat sempat meminta izin dan menitipkan kontrakan."Katanya hari Senin mau melihat ibu mertuanya yang sedang sakit di Bandung. Seninnya saya mendegar dia berangkat sebelum adzan subuh," katanya.
Ia mengaku tidak menyangka Yayat adalah teroris yang meledakan bom di Cicendo, Bandung karena selama ini, tidak ada kejanggalan dan kecurigaan warga melihat gerak-geriknya. Bahkan selama mengontrak di kampung tersebut, Yayat tidak pernah membuat kegaduhan termasuk kedatangan tamu.
"Meskipun sempat melihat berita di televisi, namun kami baru yakin ketika puluhan petugas datang ke kampung kami dan melakukan pengeledahan di dalam rumah kontrakan Yayat," katanya.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: