Jokowi ke WNI di Australia tidak mau cerita politik
26 Februari 2017 15:42 WIB
Presiden Joko Widodo Di Sydney Presiden Joko Widodo (kiri) memperkenalkan anggota delegasinya kepada Gubernur jendertal Australia Peter Cosgrove (dua kiri) saat acara penyambutan di Admiralty House di Sydney, Australia, Minggu (26/2/2017). (ANTARA/REUTERS/Rick Rycroft)
Sydney (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo memilih bercerita soal ekonomi Indonesia saat mengadakan pertemuan dengan warga negara Indonesia yang tinggal di Australia.
"Saya lebih banyak cerita ekonomi, gak mau banyak cerita politik, pusing, cerita ekonomi saja," kata Presiden Jokowi dalam acara temu WNI dengan Presiden Jokowi di Darling Harboure Theatre International Convention Center Sydney, Minggu.
Di hadapan sekitar 2.500 orang WNI yang tinggal di Australia, Presiden bertanya kepada pengunjung apakah mereka datang untuk menonton konser.
"Saya biasanya kalau ke daerah, selalu memberi kuis dengan hadiah sepeda tapi di sini, bawanya bagaimana," kata Presiden.
Meskipun belum jelas hadiahnya, namun Presiden Jokowi sempat mengundang dua WNI maju ke depan untuk menjawab kuis yang disampaikan Jokowi.
"Nanti hadiahnya dikirim dari Jakarta, tolong dicatat namanya," kata Jokowi dalam acara yang dipandu komedian Sule dan Andre Taulani.
Presiden Jokowi menyebutkan pertumbuhan ekonomi pada 2016 pada posisi 5,02 persen. "Dibanding negara lain yang anjlok sampai 100 persen, ada yang minus, ini pantut disyukuri karena masih di atas lima persen," katanya.
Ia menyebutkan dibandingkan dengan negara besar di G20, Indonesia masih masuk pada tiga besar terbaik. Kalahnya hanya sama India dan Tiongkok.
"Ini sering kita tidak tahu sehingga tak mau bersyukur. Coba lihat negara lain sudah ada yang minus karena perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian selalu membayangi kita semua,"katanya.
Di indikator inflasi, pengendalian harga, yang sebelumnya 8-8,3 persen pada 2015 bisa kita turunkan pada 3,02 persen, Artinya harga bisa dikontrol dengan baik.
"Jangan sampai ada yang menaikkan isu cabai naik, yang naik hanya cabai kok ribut, nanti kalau sudah musimnya dia juga akan turun. Jangan termakan hal seperti," katanya.
Menurut dia, harga cabai mahal sedikit tidak apa-apa biar petani mendapat keuntungan.
"Kemudian terkait dengan kesenjangan, ini persoalan besar kita ada di sini, gini ratio pada 2013 pada posisi 0,41, patut disyukuri pada 2015 masuk 0,38 dan 2016 pada posisi 0,37 persen.
Presiden juga menyebutkan anggaran infrastruktur pada 2017 meloncat cukup besar karena pemerintah ingin fokus di bidang itu dalam lima tahun ke depan.
"Ini basik bagi pergerakan ekonomi ke depan. Anggaran infrastruktur pada 2017 sudah menjadi Rp346 triliun," kata Jokowi dalam acara yang dihadiri Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema, Menlu Retno Marsudi, Kepala BKPM Thomas Lembong, Seskab Pramono Anung dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Sementara itu Nadjib Riphat Kesoema mengatakan minat WNI di Australia yang tinggi menghadiri acara itu menunjukkan kedekatan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dengan seluruh lapisan masyarakat termasuk di Australia.
"Sejak pendaftaran 21 Februari lalu, ruang langsung terisi padahal tidak hanya dari Sydney, tetapi juga lainnya seperti Brisbane, Canberra.
Ia menyebutkan ada 76.000 orang Indonesia tinggal di Australia. Dari jumlah itu terdapat 19.000 orang yang merupakan pelajar/mahasiswa.
"Kita bangga masyarakat Indonesia di Australia terkenal ulet, kompak, dan tidak neko-neko, dengan latar belakang beragam yang menjunjung nilai multikultural yang selama ini juga dikembangkan Australia," katanya.
"Saya lebih banyak cerita ekonomi, gak mau banyak cerita politik, pusing, cerita ekonomi saja," kata Presiden Jokowi dalam acara temu WNI dengan Presiden Jokowi di Darling Harboure Theatre International Convention Center Sydney, Minggu.
Di hadapan sekitar 2.500 orang WNI yang tinggal di Australia, Presiden bertanya kepada pengunjung apakah mereka datang untuk menonton konser.
"Saya biasanya kalau ke daerah, selalu memberi kuis dengan hadiah sepeda tapi di sini, bawanya bagaimana," kata Presiden.
Meskipun belum jelas hadiahnya, namun Presiden Jokowi sempat mengundang dua WNI maju ke depan untuk menjawab kuis yang disampaikan Jokowi.
"Nanti hadiahnya dikirim dari Jakarta, tolong dicatat namanya," kata Jokowi dalam acara yang dipandu komedian Sule dan Andre Taulani.
Presiden Jokowi menyebutkan pertumbuhan ekonomi pada 2016 pada posisi 5,02 persen. "Dibanding negara lain yang anjlok sampai 100 persen, ada yang minus, ini pantut disyukuri karena masih di atas lima persen," katanya.
Ia menyebutkan dibandingkan dengan negara besar di G20, Indonesia masih masuk pada tiga besar terbaik. Kalahnya hanya sama India dan Tiongkok.
"Ini sering kita tidak tahu sehingga tak mau bersyukur. Coba lihat negara lain sudah ada yang minus karena perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian selalu membayangi kita semua,"katanya.
Di indikator inflasi, pengendalian harga, yang sebelumnya 8-8,3 persen pada 2015 bisa kita turunkan pada 3,02 persen, Artinya harga bisa dikontrol dengan baik.
"Jangan sampai ada yang menaikkan isu cabai naik, yang naik hanya cabai kok ribut, nanti kalau sudah musimnya dia juga akan turun. Jangan termakan hal seperti," katanya.
Menurut dia, harga cabai mahal sedikit tidak apa-apa biar petani mendapat keuntungan.
"Kemudian terkait dengan kesenjangan, ini persoalan besar kita ada di sini, gini ratio pada 2013 pada posisi 0,41, patut disyukuri pada 2015 masuk 0,38 dan 2016 pada posisi 0,37 persen.
Presiden juga menyebutkan anggaran infrastruktur pada 2017 meloncat cukup besar karena pemerintah ingin fokus di bidang itu dalam lima tahun ke depan.
"Ini basik bagi pergerakan ekonomi ke depan. Anggaran infrastruktur pada 2017 sudah menjadi Rp346 triliun," kata Jokowi dalam acara yang dihadiri Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema, Menlu Retno Marsudi, Kepala BKPM Thomas Lembong, Seskab Pramono Anung dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Sementara itu Nadjib Riphat Kesoema mengatakan minat WNI di Australia yang tinggi menghadiri acara itu menunjukkan kedekatan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dengan seluruh lapisan masyarakat termasuk di Australia.
"Sejak pendaftaran 21 Februari lalu, ruang langsung terisi padahal tidak hanya dari Sydney, tetapi juga lainnya seperti Brisbane, Canberra.
Ia menyebutkan ada 76.000 orang Indonesia tinggal di Australia. Dari jumlah itu terdapat 19.000 orang yang merupakan pelajar/mahasiswa.
"Kita bangga masyarakat Indonesia di Australia terkenal ulet, kompak, dan tidak neko-neko, dengan latar belakang beragam yang menjunjung nilai multikultural yang selama ini juga dikembangkan Australia," katanya.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: