Korsel umumkan kematian Kim Jong-nam ke perbatasan Korut pakai pengeras suara
23 Februari 2017 20:28 WIB
Tersangka Doan Thi Huong dari Vietnam (kiri atas), RI Jong Chol dari Korea Utara (kanan atas), Siti Aisyah dari Indonesia (kiri bawah) dan Muhammad Farid Bin Jallaludin (kiri bawah) terlihat dalam kombinasi siaran tidak bertanggal yang disiarkan oleh Royal Malaysia Police kepada Reuters, Minggu (19/2/2017). Keempatnya ditangkap karena diduga terlibat dalam pembunuhan Kim Jong Nam. (Royal Malaysia Police/Handout via Reuters)
Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan menggunakan pengeras suara raksasa untuk menyiarkan kabar pembunuhan dramatis kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un ke seberang perbatasan dengan tetangga utaranya, menurut laporan pada Kamis (23/02).
Kim Jong-Nam -- putra sulung mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il -- tewas pada 13 Februari setelah diserang oleh dua perempuan di bandara Kuala Lumpur dalam insiden pembunuhan yang diduga direncanakan Pyongyang.
Media pemerintah Korea Utara masih bungkam terkait kabar pembunuhan tersebut sampai pihaknya mengeluarkan kecaman terhadap penyelidikan Malaysia pada Kamis tanpa menyebutkan Jong-Nam sebagai korban.
Namun, Korea Selatan pada pekan ini menggunakan pengeras suaranya untuk memastikan informasi rinci tentang kematian Jong-Nam, dulu pernah dianggap sebagai calon pewaris kekuasaan, tersiar luas ke sejumlah besar daerah di perbatasan, kata stasiun televisi Seoul MBC TV.
“Kim Jong-Nam... tewas setelah diserang dua perempuan tidak dikenal di Bandara International Kuala Lumpur di Malaysia,” bunyi pesan dari pengeras suara dan diputar oleh stasiun TV tersebut.
“Pihak berwenang Malaysia mengatakan empat tersangka adalah warga negara Korea Utara termasuk salah satu yang telah ditangkap,” katanya.
Berita dari dunia luar sangat dibatasi dan disensor di Korea Utara di bawah kepemimpinan keluarga Kim, yang sudah memerintah selama beberapa dekade dengan tangan besi.
Militer Korea Selatan selama bertahun-tahun menyiarkan berita dunia, pesan propaganda dan lagu-lagu K-pop ke perbatasan menggunakan puluhan pengeras suara, yang menargetkan tentara di negara terisolasi itu. Jangkauan pengeras suara sejauh 10 kilometer.
Kementerian Pertahanan Seoul menolak mengonfirmasi laporan atas siaran terbaru, mengutip kekhawatiran keamanan nasional, demikian dilansir Kantor Berita Prancis AFP.
(Baca juga: Menaker berharap Siti Aisyah dapat akses kekonsuleran)
Kim Jong-Nam -- putra sulung mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il -- tewas pada 13 Februari setelah diserang oleh dua perempuan di bandara Kuala Lumpur dalam insiden pembunuhan yang diduga direncanakan Pyongyang.
Media pemerintah Korea Utara masih bungkam terkait kabar pembunuhan tersebut sampai pihaknya mengeluarkan kecaman terhadap penyelidikan Malaysia pada Kamis tanpa menyebutkan Jong-Nam sebagai korban.
Namun, Korea Selatan pada pekan ini menggunakan pengeras suaranya untuk memastikan informasi rinci tentang kematian Jong-Nam, dulu pernah dianggap sebagai calon pewaris kekuasaan, tersiar luas ke sejumlah besar daerah di perbatasan, kata stasiun televisi Seoul MBC TV.
“Kim Jong-Nam... tewas setelah diserang dua perempuan tidak dikenal di Bandara International Kuala Lumpur di Malaysia,” bunyi pesan dari pengeras suara dan diputar oleh stasiun TV tersebut.
“Pihak berwenang Malaysia mengatakan empat tersangka adalah warga negara Korea Utara termasuk salah satu yang telah ditangkap,” katanya.
Berita dari dunia luar sangat dibatasi dan disensor di Korea Utara di bawah kepemimpinan keluarga Kim, yang sudah memerintah selama beberapa dekade dengan tangan besi.
Militer Korea Selatan selama bertahun-tahun menyiarkan berita dunia, pesan propaganda dan lagu-lagu K-pop ke perbatasan menggunakan puluhan pengeras suara, yang menargetkan tentara di negara terisolasi itu. Jangkauan pengeras suara sejauh 10 kilometer.
Kementerian Pertahanan Seoul menolak mengonfirmasi laporan atas siaran terbaru, mengutip kekhawatiran keamanan nasional, demikian dilansir Kantor Berita Prancis AFP.
(Baca juga: Menaker berharap Siti Aisyah dapat akses kekonsuleran)
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: