Riyadh (ANTARA News) - Arab Saudi pada Senin (20/2) mengambil langkah pertama untuk menghasilkan 9,5 gigawatt energi dari surya, angin dan sumber energi terbarukan lainnya.

Negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu mengundang perusahaan lokal dan internasional untuk mengikuti penawaran lelang dua proyek energi terbarukan.

Menurut Kementerian Energi Arab Saudi, salah satunya proyek pembangkit 300 megawatt energi surya yang akan dibangun di Provinsi Al-Jouf di bagian utara kerajaan.

Proyek keduanya adalah pembangunan pembangkit energi angin 400 megawatt di Tabuk, Saudi barat laut.

Hingga Maret, perusahaan-perusahaan mesti menyampaikan dokumen penawaran pra-kualifikasi dan mereka yang lolos akan diumumkan pada 10 April.

Sementara proposal resmi bisa dipresentasikan sampai Juli menurut pernyataan kementerian yang dikutip kantor berita AFP.

Pemerintah memperkirakan puncak permintaan energi Arab Saudi akan melebihi 120 gigawatt pada 2032.

Pada hakekatnya, semua listrik di kerajaan tersebut berasal dari minyak mentah, minyak murni atau gas alam.

Namun, sebagai bagian dari rencana reformasi ekonomi Visi 2030 untuk menyapih Arab Saudi dari minyak, mereka menargetkan menghasilkan 9,5 gigawatt energi terbarukan pada 2023.

"Ini menandai titik awal dari program pengerahan energi terbarukan jangka panjang dan berkelanjutan di Arab Saudi," kata Khaled al-Falih, Menteri Energi, Industri dan Sumber Daya Mineral, dalam satu pernyataan.

Dia mengatakan ini tidak hanya akan meragamkan bauran energi kerajaan namun juga akan menjadi katalisator pembangunan ekonomi.

Mencapai target 9,5 gigawatt akan membutuhkan biaya antara 30 miliar dolar AS dan 50 miliar dolar AS, kata Falih bulan lalu.(mu)