Kurs rupiah naik tipis
21 Februari 2017 10:26 WIB
Seorang nasabah menunjukkan uang kertas rupiah baru tahun emisi 2016 usai melakukan penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Riau, Batam, Senin (19/12/2016). (ANTARA /M N Kanwa)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi naik dua poin menjadi Rp13.358 per dolar AS.
"Di tengah sentimen penguatan dolar AS di pasar kawasan Asia, mata uang rupiah masih bergerak stabil," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Ia mengatakan sentimen dolar AS yang masih kuat di pasar eksternal diperkirakan dapat membatasi ruang penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Apalagi, pelaku pasar juga masih khawatir dengan situasi politik di dalam negeri menjelang putaran kedua pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Dari eksternal, ia menambahkan, notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai kebijakan suku bunga Amerika Serikat yang sedianya dirilis pekan ini juga masih menjadi perhatian investor.
Sementara Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pernyataan pemerintah bahwa rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang masih berada di posisi aman menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah.
Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan empat 2016 sebesar 317,0 miliar dolar AS atau tumbuh dua persen (tahun ke tahun). Berdasarkan jangka waktu asal, utang luar negeri jangka panjang tumbuh 1,1 persen (tahun ke tahun), sementara utang luar negeri jangka pendek tumbuh 8,6 persen (tahun ke tahun).
"Namun pelaku pasar diharapkan tetap mencermati data-data ekonomi lainnya baik dari domestik maupun eksternal yang dapat mengubah arah rupiah," katanya.
"Di tengah sentimen penguatan dolar AS di pasar kawasan Asia, mata uang rupiah masih bergerak stabil," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Ia mengatakan sentimen dolar AS yang masih kuat di pasar eksternal diperkirakan dapat membatasi ruang penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Apalagi, pelaku pasar juga masih khawatir dengan situasi politik di dalam negeri menjelang putaran kedua pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Dari eksternal, ia menambahkan, notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai kebijakan suku bunga Amerika Serikat yang sedianya dirilis pekan ini juga masih menjadi perhatian investor.
Sementara Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pernyataan pemerintah bahwa rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang masih berada di posisi aman menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah.
Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan empat 2016 sebesar 317,0 miliar dolar AS atau tumbuh dua persen (tahun ke tahun). Berdasarkan jangka waktu asal, utang luar negeri jangka panjang tumbuh 1,1 persen (tahun ke tahun), sementara utang luar negeri jangka pendek tumbuh 8,6 persen (tahun ke tahun).
"Namun pelaku pasar diharapkan tetap mencermati data-data ekonomi lainnya baik dari domestik maupun eksternal yang dapat mengubah arah rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: