Detroit (ANTARA News) - Kemacetan lalu lintas merugikan para pengendara di Amerika Serikat rata-rata sebesar 1.200 dolar AS per tahun atau setara Rp16 juta akibat bahan bakar dan waktu yang terbuang.

Menurut studi terbaru oleh INRIX Inc, kerugian tersebut sebagian besar terjadi di Los Angeles sebagai kota dengan keterlambatan lalu lintas saat jam sibuk yang terbesar di dunia.

Penelitian itu juga menyebutkan, Thailand menjadi negara dengan lalu lintas terpadat pada 2016 dan Amerika Serikat memiliki lalu lintas terburuk di antara negara-negara kaya dan maju.

Lima dari 10 kota paling padat di dunia juga berada di Negeri Paman Sam itu, demikian menurut INRIX.

Kemacetan lalu lintas di AS bukan sebuah masalah baru, tetapi bisa ditanggulangi jika Presiden Donald Trump mendorong program investasi infrastruktur skala besar sebagaimana yang pernah dijanjikannya.

Kemacetan kronis telah menjadi perhatian bagi para produsen mobil global, dan beberapa kota besar telah mulai membatasi akses kendaraan bermotor milik pribadi ke daerah pusat kota.

Penelitian INRIX mengiris data dalam beberapa cara. Para pengemudi di Los Angeles menghabiskan rata-rata 104 jam saat mengarungi lalu lintas lambat sepanjang 2016, yang menempatkan kota ini di paling atas dari segi waku yang dihabiskan di tengah kemacetan lalu lintas.

Dalam pengukuran berbeda, persentase waktu terjebak dalam kemacetan, pengemudi di Moskow, mengalami hal lebih buruk. Mereka menghabiskan 25,2 persen dari total mengemudi di jalanan padat, sementara pengendara Los Angeles menghabiskan 12,7 persen dari total waktu dalam lalu lintas padat.

Di Bogota, Kolombia, pengemudi menghabiskan 31,8 persen dari total waktu berkendara dalam kemacetan lalu lintas.

Hamparan kemacetan terburuk di AS terjadi di Cross Bronx Expressway, New York, di mana pengendara menghabiskan jarak 7,5 kilometer selama 86 jam per tahun dalam kemacetan.

Setelah Los Angeles, INRIX mengurutkan New York, San Fransisco, Atlanta dan Miami sebagai kota paling macet di Amerika Serikat, demikian Reuters.