Kenya perlu 114 juta dolar untuk menanggulangi kekeringan
20 Februari 2017 12:21 WIB
Dokumen foto: Seorang tentara Kenya melihat sapi yang mati karena kelaparan, beberapa ratus meter dari batas resmi perbatasan Kenya-Ethiopia di barat laut Kenya (13/10/2013). (REUTERS / Siegfried Modola )
Nairobi (ANTARA News) - Pemerintah Kenya pada Minggu (19/2) menyatakan negara itu memerlukan 114 juta dolar AS untuk menanggulangi kemarau parah yang telah melanda Kenya.
Sementara itu jumlah orang yang menghadapi kondisi rawan pangan naik jadi tiga juta pada Februari dari 1,3 juta orang pada Agustus 2016.
Juru Bicara Majelis Negara Manoah Esipisu mengatakan negara tersebut telah memperoleh 73 juta dolar AS, sebanyak 54 juta di antaranya telah digunakan pada tahap pertama kegiatan tanggap kekeringan.
"Untuk ini, pemerintah telah mengalokasikan 73 juta dolar AS dan itu menimbulkan celah sebanyak 114 juta dolar, yang juga akan dikumpulkan oleh pemerintah," kata Espisu kepada wartawan di Nairobi.
Ia menyatakan pemerintah telah mengalokasikan 54 juta dolar pada tahap pertama campur tangan untuk meringankan dampak kekeringan, yang masanya mencakup November 2016-Januari 2017.
"Untuk tahap kedua, yang mencakup masa Februari-April, tambahan 116 juta dolar AS diperlukan dan untuk tahap ketiga antara April dan Agustus, sebanyak 71 juta dolar akan diperlukan," katanya.
Kenya menghadapi kekeringan parah akibat curah hujan yang sedikit yang mengakibatkan gagal panen dan defisit parah ternak, air serta sayuran.
Esipisu mengatakan kemarau itu, yang memengaruhi sebagian besar dari tiga juta orang di 23 distrik, telah mengakibatkan kenaikan harga pangan sebesar 10-20 persen, demikian laporan Xinhua.
Menurut Esipisu, 300.000 orang berada di daerah semi-tandus dan tidak-tandus dan itu merupakan 20 persen dari seluruh warga di wilayah peternakan Kenya dan 18 persen di daerah pertanian.
Ia mengatakan yang paling parah terpengaruh adalah yang paling rentan, biasanya orang yang berusia lanjut, orang sakit, anak yang berusia di bawah lima tahun dan ibu.
Negara Afrika Timur tersebut mengumumkan kemarau sebagai bencana nasional dua pekan lalu, dan mengundang masyarakat internasional untuk membantunya menangani situasi itu.
(Uu.C003)
Sementara itu jumlah orang yang menghadapi kondisi rawan pangan naik jadi tiga juta pada Februari dari 1,3 juta orang pada Agustus 2016.
Juru Bicara Majelis Negara Manoah Esipisu mengatakan negara tersebut telah memperoleh 73 juta dolar AS, sebanyak 54 juta di antaranya telah digunakan pada tahap pertama kegiatan tanggap kekeringan.
"Untuk ini, pemerintah telah mengalokasikan 73 juta dolar AS dan itu menimbulkan celah sebanyak 114 juta dolar, yang juga akan dikumpulkan oleh pemerintah," kata Espisu kepada wartawan di Nairobi.
Ia menyatakan pemerintah telah mengalokasikan 54 juta dolar pada tahap pertama campur tangan untuk meringankan dampak kekeringan, yang masanya mencakup November 2016-Januari 2017.
"Untuk tahap kedua, yang mencakup masa Februari-April, tambahan 116 juta dolar AS diperlukan dan untuk tahap ketiga antara April dan Agustus, sebanyak 71 juta dolar akan diperlukan," katanya.
Kenya menghadapi kekeringan parah akibat curah hujan yang sedikit yang mengakibatkan gagal panen dan defisit parah ternak, air serta sayuran.
Esipisu mengatakan kemarau itu, yang memengaruhi sebagian besar dari tiga juta orang di 23 distrik, telah mengakibatkan kenaikan harga pangan sebesar 10-20 persen, demikian laporan Xinhua.
Menurut Esipisu, 300.000 orang berada di daerah semi-tandus dan tidak-tandus dan itu merupakan 20 persen dari seluruh warga di wilayah peternakan Kenya dan 18 persen di daerah pertanian.
Ia mengatakan yang paling parah terpengaruh adalah yang paling rentan, biasanya orang yang berusia lanjut, orang sakit, anak yang berusia di bawah lima tahun dan ibu.
Negara Afrika Timur tersebut mengumumkan kemarau sebagai bencana nasional dua pekan lalu, dan mengundang masyarakat internasional untuk membantunya menangani situasi itu.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: