Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp13.343, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.347 per dolar AS.
"Dolar AS cenderung melemah terhadap mayoritas nilai tukar di kawasan Asia, termasuk rupiah di tengah kekecewaan pasar terhadap kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump yang tak kunjung dirilis," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia yang lebih optimistis terhadap harga komoditas dapat menekan defisit transaksi berjalan menjadi lebih rendah dari prediksi awal, turut menjaga fluktuasi mata uang domestik menjadi stabil dengan kecenderungan menguat.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menghambat apresiasi rupiah salah satunya yakni inflasi Februari 2017 yang diperkirakan kembali menunjukkan kenaikan sebagai dampak kenaikan harga listrik dapat menahan laju rupiah.
Selain itu, lanjut dia, ketidakpastian dari sisi politik seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua juga dapat menahan laju rupiah untuk terapresiasi lebih tinggi. Apalagi, saat ini spekulasi reshuffle kabinet.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa mata uang rupiah masih mendapat sentimen positif dari dalam negeri, mulai dari turunnya defisit neraca berjalan, kembali masuknya dana asing ke pasar obligasi, hingga respon positif terhadap penilaian Moody's terhadap Indonesia.
"Pergerakan rupiah cukup baik didukung sentimen dalam negeri, namun testimoni The Fed yang belum rinci menjelaskan kenaikan suku bunga dapat menahan laju mata uanh domestik," katanya.
Rupiah bergerak ke posisi Rp13.343 Senin pagi
20 Februari 2017 11:00 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: