Trans Papua ruas Wagete-Timika sepanjang 180 km fungsional tahun ini
19 Februari 2017 21:24 WIB
Truk berisi Prajurit Satgas Pembangunan Jalan Trans Papua Denzipur 12/OHH Nabire dan Denzipur 13/PPA Sorong Zeni TNI AD (POP 1) menaiki tanjakan di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, Rabu (23/3). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Deiyai, (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan jalan nasional Trans Papua ruas Wagete-Timika sepanjang 180 kilometer sudah fungsional tahun ini.
"Ya, kami optimistis tahun ini tembus secara fungsional, sejak ruas ini dirintis pada 2012," kata Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VIII Propinsi Papua (Paniai), Ditjen Bina Marga PUPR, Sutardi, kepada pers di sela Kunjungan Tim Ekspedisi Jalan Nasional ke Kabupaten Deiyai, Minggu.
Penegasan ini disampaikan Sutardi di KM 38,5 dari Wagete yang letaknya di Pegunungan Papua Tengah pada ketinggian 2.000 meter lebih di atas permukaan laut untuk menjawab Komnas HAM bahwa pembangunan Trans Papua terhenti.
Sutardi menjelaskan KM 38,5 itu menjadi titik nol bagi pekerjaan pembukaan lahan berikutnya untuk ruas jalan Wagete-Timika sejauh empat km.
"Tender pekerjaan paket senilai Rp 22 miliar ini sudah selesai. Pemenangnya PT Simaka, kontraktor lokal. Mereka siap kerja," kata Sutardi.
Ruas Wagete-Timika dikerjakan oleh dua satuan kerja, yakni Paniai dan Timika.
Tahun ini dari Timika akan dituntaskan sisa pembukaan ruas sepanjang 2,5 km. "Titik temu nantinya di Kali Kabur," kata Sutardi.
Sutardi menyebutkan, tanggung jawab Satker Paniai di ruas Wagete-Timika sepanjang 42,65 km, selebihnya Satker Timika.
Sutardi mengungkapkan hambatan pekerjaan di ruas itu adalah kondisi geografis yang berbukit dan cuaca yang tak menentu sehingga hanya efektif bekerja 2-5 jam.
"Hambatan non teknis lain adalah persoalan hak ulayat terkait lahan, pohon masyakarat, uang doa dan lain-lain serta gangguan keamanan," kata Sutardi.
Sedangkan gangguan keamanan, kata Sutardi, adalah penyiksaan, penyanderaan dan penembakan pekerja oleh kelompok bersenjata.
Namun, meski dihadapkan kepada aneka gangguan, pemerintah akan tetap maju terus demi Trans Papua.
"Tiga atau empat tahun ke depan, ruas ini akan benar-benar siap dilalui secara baik dengan standar jalan nasional karena masih akan dilakukan penanganan berikutnya," kata Sutardi.
Kepala Bidang Pembangunan dan Pengujian Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Mulatua Sinaga menyebutkan selesainya ruas ini akan membuat poros pertumbuhan baru.
"Terbukanya akses ini selain menurunkan harga barang dan jasa, juga menciptakan poros pertumbuhan baru, terutama untuk masyarakat Timika," kata Mula.
Menurut dia, selama ini masyarakat Paniai dan Wagete serta beberapa kabupaten di sekitarnya harus ke Nabire dengan menempuh jarak 240-270. Tetapi ruas Wagete-Timika akan membuat beralih ke Timika.
Dari data PUPR, capaian hingga 2016, dari 10 segmen jalan di Trans Papua sepanjang 3.259 km, jalan yang sudah tembus mencapai 2.789 km, sisanya 467 km belum tembus.
Kondisi jalan yang sudah tembus itu 1.570 km sudah diasap, sedangkan 1.218 km dalam kondisi perkerasan.
"Ya, kami optimistis tahun ini tembus secara fungsional, sejak ruas ini dirintis pada 2012," kata Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VIII Propinsi Papua (Paniai), Ditjen Bina Marga PUPR, Sutardi, kepada pers di sela Kunjungan Tim Ekspedisi Jalan Nasional ke Kabupaten Deiyai, Minggu.
Penegasan ini disampaikan Sutardi di KM 38,5 dari Wagete yang letaknya di Pegunungan Papua Tengah pada ketinggian 2.000 meter lebih di atas permukaan laut untuk menjawab Komnas HAM bahwa pembangunan Trans Papua terhenti.
Sutardi menjelaskan KM 38,5 itu menjadi titik nol bagi pekerjaan pembukaan lahan berikutnya untuk ruas jalan Wagete-Timika sejauh empat km.
"Tender pekerjaan paket senilai Rp 22 miliar ini sudah selesai. Pemenangnya PT Simaka, kontraktor lokal. Mereka siap kerja," kata Sutardi.
Ruas Wagete-Timika dikerjakan oleh dua satuan kerja, yakni Paniai dan Timika.
Tahun ini dari Timika akan dituntaskan sisa pembukaan ruas sepanjang 2,5 km. "Titik temu nantinya di Kali Kabur," kata Sutardi.
Sutardi menyebutkan, tanggung jawab Satker Paniai di ruas Wagete-Timika sepanjang 42,65 km, selebihnya Satker Timika.
Sutardi mengungkapkan hambatan pekerjaan di ruas itu adalah kondisi geografis yang berbukit dan cuaca yang tak menentu sehingga hanya efektif bekerja 2-5 jam.
"Hambatan non teknis lain adalah persoalan hak ulayat terkait lahan, pohon masyakarat, uang doa dan lain-lain serta gangguan keamanan," kata Sutardi.
Sedangkan gangguan keamanan, kata Sutardi, adalah penyiksaan, penyanderaan dan penembakan pekerja oleh kelompok bersenjata.
Namun, meski dihadapkan kepada aneka gangguan, pemerintah akan tetap maju terus demi Trans Papua.
"Tiga atau empat tahun ke depan, ruas ini akan benar-benar siap dilalui secara baik dengan standar jalan nasional karena masih akan dilakukan penanganan berikutnya," kata Sutardi.
Kepala Bidang Pembangunan dan Pengujian Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Mulatua Sinaga menyebutkan selesainya ruas ini akan membuat poros pertumbuhan baru.
"Terbukanya akses ini selain menurunkan harga barang dan jasa, juga menciptakan poros pertumbuhan baru, terutama untuk masyarakat Timika," kata Mula.
Menurut dia, selama ini masyarakat Paniai dan Wagete serta beberapa kabupaten di sekitarnya harus ke Nabire dengan menempuh jarak 240-270. Tetapi ruas Wagete-Timika akan membuat beralih ke Timika.
Dari data PUPR, capaian hingga 2016, dari 10 segmen jalan di Trans Papua sepanjang 3.259 km, jalan yang sudah tembus mencapai 2.789 km, sisanya 467 km belum tembus.
Kondisi jalan yang sudah tembus itu 1.570 km sudah diasap, sedangkan 1.218 km dalam kondisi perkerasan.
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017
Tags: