Tentara Suriah berada 24 kilometer dari Palmyra
19 Februari 2017 14:01 WIB
Semprotan tulisan berarti "kami tetap ada" tertempel di sisa tiang Kuil Bel berusia lebih dari 2000 tahun di kota kuno Palmyra, Homs, Suriah. Foto kota yang dihancurkan ISIS itu diambil pada 1 April 2016. (Reuters/Omar Sanadiki/P003)
Damaskus (ANTARA News) - Pasukan Suriah telah berada 24 kilometer dari Kota Kuno Palmyra di Suriah Tengah, sebagai bagian dari operasi untuk merebut kembali kota tersebut, yang untuk kedua kali dikuasai oleh IS pada Desember lalu.
Pertempuran sengit berkecamuk antara prajurit militer Suriah dan petempur IS di gurun Palmyra di pinggir timur Provinsi Homs di Suriah Tengah, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Kelompok pemantau yang berpusat di Inggris itu mengatakan pertempuran tersebut, yang didukung oleh serangan udara gencar terhadap posisi IS, adalah gerak maju baru militer Suriah dan petempur sekutunya di gurun kota oasis kuno itu.
Militer Suriah, kata Observatorium, telah merebut banyak wilayah di Bayarat di dekat Palmyra, demikian laporan Xinhua. Ditambahkannya, banyak korban jiwa dilaporkan dari kedua pihak.
IS merebut kembali Palmyra pada Desember lalu, setelah mengerahkan bala bantuan. Kelompok fanatik itu juga menguasai kembali ladang minyak dan gas di sekitarnya.
Pasukan Suriah sejauh ini telah berhasil merebut ladang gas penting Hayan, instalasi terbesar produksi gas di Suriah. Mereka bergerak maju ke arah Ladang Minyak Jazel, dan sudah sampai di pinggirannya.
Dalam upaya kedua untuk menyerbu kota tersebut, IS meledakkan bagian depan ampiteater serta monumen dan reliks lain di Palmyra, selain kuil penting lain yang dihancurkan dalam serbuan pertama mereka.
Menteri Kebudayaan Suriah Muhammad Ahmad baru-baru ini mengatakan pemboman warisan sejarah itu di Kota Oasis Kuno Palmyra oleh kelompok IS adalah "kejahatan perang".
"Semua monumen ini bukan hanya harta Suriah, tapi seluruh dunia," kata Ahamd. Ia mendesak masyarakat internasional agar mengemban tanggung jawab mereka dalam melindungi warisan dunia di Suriah.
(Uu.C003)
Pertempuran sengit berkecamuk antara prajurit militer Suriah dan petempur IS di gurun Palmyra di pinggir timur Provinsi Homs di Suriah Tengah, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Kelompok pemantau yang berpusat di Inggris itu mengatakan pertempuran tersebut, yang didukung oleh serangan udara gencar terhadap posisi IS, adalah gerak maju baru militer Suriah dan petempur sekutunya di gurun kota oasis kuno itu.
Militer Suriah, kata Observatorium, telah merebut banyak wilayah di Bayarat di dekat Palmyra, demikian laporan Xinhua. Ditambahkannya, banyak korban jiwa dilaporkan dari kedua pihak.
IS merebut kembali Palmyra pada Desember lalu, setelah mengerahkan bala bantuan. Kelompok fanatik itu juga menguasai kembali ladang minyak dan gas di sekitarnya.
Pasukan Suriah sejauh ini telah berhasil merebut ladang gas penting Hayan, instalasi terbesar produksi gas di Suriah. Mereka bergerak maju ke arah Ladang Minyak Jazel, dan sudah sampai di pinggirannya.
Dalam upaya kedua untuk menyerbu kota tersebut, IS meledakkan bagian depan ampiteater serta monumen dan reliks lain di Palmyra, selain kuil penting lain yang dihancurkan dalam serbuan pertama mereka.
Menteri Kebudayaan Suriah Muhammad Ahmad baru-baru ini mengatakan pemboman warisan sejarah itu di Kota Oasis Kuno Palmyra oleh kelompok IS adalah "kejahatan perang".
"Semua monumen ini bukan hanya harta Suriah, tapi seluruh dunia," kata Ahamd. Ia mendesak masyarakat internasional agar mengemban tanggung jawab mereka dalam melindungi warisan dunia di Suriah.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: