Muntok (ANTARA News) - Seorang warga di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menemukan sebuah granat berbentuk manggis yang diduga masih aktif saat menggali tanah untuk pondasi rumah di Jalan Durian, Kampung Jawa, Muntok.
Granat diduga merupakan barang sisa Perang Dunia (PD) II.
"Sebuah benda bulat berbahan besi dengan berat sekitar dua kilogram tadi saya temukan saat menggali tanah untuk pondasi rumah," kata seorang pekerja bangunan, Sapri di Muntok, Kamis.
Sesaat setelah menemukan benda tersebut dia tidak begitu curiga karena warna dan bentuknya seperti besi karatan biasa. Bahkan dia mengaku sempat memain-mainkannya.
Namun setelah diamati, di benda tersebut terdapat sebuah cincin yang diduga sebagai pemicu.
"Saya langsung melaporkannya kepada pemilik rumah dan segera menghubungi polisi karena takut membahayakan," kata dia.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Kepolisian Resor Bangka Barat langsung menerjunkan sejumlah personel untuk mengamankan lokasi penemuan.
"Lokasi sudah kami jaga dan dipasang garing polisi, tim Jihandak Polda Babel juga sudah kami hubungi, kami perkirakan sore ini sudah bisa tertangani," kata Kapolres Bangka Barat, AKBP Hendro Kusmayadi saat ditemui di lokasi.
Jika diamati dari bentuk benda temuan itu, kata dia, diperkirakan granat manggis tersebut masih aktif karena masih ada lingkaran besi pemicu.
Dilihat dari lokasi penemuan, katanya, posisi benda tersebut di lapisan permukaan tanah dengan kedalaman tidak lebih dari satu meter.
"Kami khawatir masih ada benda sejenis di lokasi, untuk itu tim Jihandak Polda Babel nanti juga akan memastikan dan mencari kemungkinan barang lainnya dengan alat pendeteksi logam untuk memastikan masih ada atau tidak," kata dia.
(Baca juga: Anak kecil Jayapura temukan granat PD II di luar TPS)
Warga Muntok temukan granat PD II saat gali pondasi
16 Februari 2017 17:06 WIB
Lokasi penemuan granat di pondasi rumah di Jalan Durian, Kampung Jawa, Muntok (16/2/2017). (ANTARA News/Donatus Dasapurna Putranta)
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: