Angola instruksikan penutupan sekolah yang terhubung dengan Gulen
16 Februari 2017 11:39 WIB
Ulama yang berbasis di Amerika Serikat Fethullah Gulen, yang disalahkan atas kudeta yang gagal oleh pengikutnya di Turki, terlihat dalam video, berbicara kepada wartawan di rumahnya di Saylorsburg, Pennsylvania, Sabtu (16/7/2016). Gulen menyatakan demokrasi tidak bisa tercapai melalui aksi militer. (REUTERS/Greg Savoy/Reuters TV)
Luanda (ANTARA News) - Angola memerintahkan penutupan sekolah yang terkait dengan gerakan Gulen, yang dituding oleh Turki melancarkan upaya kudeta pada Juli, ungkap sumber resmi pada Rabu (15/2).
Luanda juga mengusir semua staf Turki yang bekerja di Colegio Esperanca Internacional (Coespi) dan keluarga mereka - 66 orang secara total - mengatakan bahwa penutupan itu karena "alasan keamanan nasional".
Gerakan Hizmet yang menjalankan sekolah itu memiliki hubungan dengan ulama Fethullah Gulen dan mengoperasikan banyak sekolah di seluruh dunia, termasuk di Afrika.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta sejumlah pemimpin Afrika di benua itu untuk membantunya memerangi pengaruh Gulen.
Sekolah tersebut terkenal di kalangan kelas menengah Afrika dan beberapa di antaranya sering dinilai menunjukkan performa terbaik.
Pejabat Turki menuding Gulen menggunakan jaringan pendidikannya yang luas untuk membangun pengaruh dan menjalankan "negara paralel" di dalam Turki untuk menggulingkan Erdogan dalam kudeta gagal pada 15 Juli.
Gulen, yang sebelumnya merupakan sekutu Erdogan, membantah keras tuduhan itu. Dia telah mengasingkan diri di Pennsylvania sejak 1999.
Gerakan Hizmet menggambarkan diri sebagai gerakan yang mendorong nilai-nilai Islam melalui upaya di bidang pendidikan dari Turki untuk beberapa negara di Afrika dan Asia Tengah serta Amerika Serikat, demikian dikutip dari AFP. (kn)
Luanda juga mengusir semua staf Turki yang bekerja di Colegio Esperanca Internacional (Coespi) dan keluarga mereka - 66 orang secara total - mengatakan bahwa penutupan itu karena "alasan keamanan nasional".
Gerakan Hizmet yang menjalankan sekolah itu memiliki hubungan dengan ulama Fethullah Gulen dan mengoperasikan banyak sekolah di seluruh dunia, termasuk di Afrika.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta sejumlah pemimpin Afrika di benua itu untuk membantunya memerangi pengaruh Gulen.
Sekolah tersebut terkenal di kalangan kelas menengah Afrika dan beberapa di antaranya sering dinilai menunjukkan performa terbaik.
Pejabat Turki menuding Gulen menggunakan jaringan pendidikannya yang luas untuk membangun pengaruh dan menjalankan "negara paralel" di dalam Turki untuk menggulingkan Erdogan dalam kudeta gagal pada 15 Juli.
Gulen, yang sebelumnya merupakan sekutu Erdogan, membantah keras tuduhan itu. Dia telah mengasingkan diri di Pennsylvania sejak 1999.
Gerakan Hizmet menggambarkan diri sebagai gerakan yang mendorong nilai-nilai Islam melalui upaya di bidang pendidikan dari Turki untuk beberapa negara di Afrika dan Asia Tengah serta Amerika Serikat, demikian dikutip dari AFP. (kn)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: