Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah mahasiswa di Bogor dan Jakarta mengaku tidak akan merayakan Hari Kasih Sayang atau Valentine pada 14 Februari ini.

"Saya punya pacar, tapi tidak merayakan Valentine," kata seorang mahasiswa di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta Dwi Okta (21) kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Menurut Dwi Okta, kasih sayang tak harus dirayakan pada hari Valentine saja, tapi setiap hari dan kepada siapa saja.

"Menurut saya, menyayangi orang tidak memerlukan hari khusus karena kasih sayang dapat dilakukan setiap hari," tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School Public Relations (Stikom LSPR), Jakarta Pusat, Mulia Megantari (19) yang juga tidak merayakan Valentine, dan mengatakan kasih sayang tak harus dirayakan pada tanggal 14 Februari saja.

"Saya tidak merayakannya karena kasih sayang dapat diterapkan di semua hari, tak hanya pada hari Valentine saja," ujarnya.

Di sisi lain, Edo Praditya (22), seorang mahasiswa di Universitas Pakuan, Bogor menuturkan jika dirinya selalu merayakan Valentine setiap tanggal 14 Februari.

"Biasanya sih sama pacar cuma kasih cokelat sama tukeran hadiah saja, dan saling kasih kartu ucapan," tuturnya.

Edo setuju jika kasih sayang dapat dilakukan setiap hari, namun ia merasa jika dilakukan pada tanggal 14 Februari akan terasa berbeda dan lebih spesial.

"Kalau mendekati tanggal 14 Februari itu semua jadi terlihat indah saja, suasana di tempat umum jadi bernuansa Valentine secara tidak langsung terasa berbeda kalau hari kasih sayang dilakukan saat 14 Februari dari pada hari biasa," pungkasnya.

Sementara itu muncul surat larangan untuk pelajar merayakan hari Valentine di beberapa daerah di Tanah Air, di antaranya di Semarang, Makasar, Bandung, Banda Aceh, Surabaya, dan masih banyak lagi daerah lainnya.

Perayaan hari Valentine ini bersumber dari budaya Barat dengan sejarah cerita yang beragam.

Cerita yang paling terkenal adalah kisah pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III St. Valentine yang hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius, yang melarang adanya pernikahan agar setiap laki-laki bergabung menjadi militer.

Sebagai pendeta St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya yaitu menikahkan para pasangan. St. Valentine yang melanggar larangan Kaisar Claudius pun harus harus dipenggal kepalanya tepat tanggal 14 Februari ketika itu.