RI-AS tingkatkan kerja sama industri
14 Februari 2017 11:51 WIB
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (kiri), menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr (kanan), di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (13/2/2017). (ANTARA News/Humas Kemenperin)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Amerika Serikat melalui perjanjian bilateral, yang diharapkan dapat memacu investasi dari Amerika Serikat ke Indonesia serta memperluas pasar ekspor bagi produk industri dalam negeri Indonesia.
"Karena menurut Pak Duta Besar, orientasi AS saat ini adalah pada perjanjian bilateral. Untuk itu, kami menyampaikan, perdagangan kedua negara harus ditingkatkan," kata Menteri Airlangga selepas bertemu Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr. di Kementerian Perindustrian, dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
"Bagi Indonesia, AS menjadi salah satu pasar yang sangat strategis," ujarnya menambahkan.
Kemenperin mencatat AS menjadi mitra dagang utama Indonesia yang ketiga setelah China dan Jepang dengan nilai total perdagangan pada periode Januari-Juli 2016 mencapai 13,02 miliar dolar AS, dengan neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 5,23 miliar dolar AS atau naik 1,75 persen dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai 5,14 miliar dolar AS.
Menurut Airlangga, kerja sama kedua negara khususnya di sektor industri perlu ditingkatkan lagi karena bersifat saling melengkapi.
"Selama ini, investasi Amerika masuk ke Indonesia utamanya di sektor industri padat modal dan teknologi," ujarnya sembari menambahkan Indonesia dapat mengisinya melalui industri yang cukup berdaya saing seperti kelompok sektor tekstil, pengolahan karet, kulit, barang kulit dan alas kaki, serta makanan dan minuman.
Airlangga juga menyampaikan pihaknya saat ini tengah mendorong perjanjian bilateral untuk meningkatkan ekspor industri tekstil Indonesia ke AS.
"Saat ini, produk tekstil kita kena bea masuk di sana sebesar 12,5 persen. Sedangkan, Vietnam sudah nol persen karena ada agreement kedua negara. Jadi, perjanjian tersebut juga akan mendongkrak daya saing produk kita," katanya.
Menperin juga meminta investor AS terus menanamkan modalnya di Indonesia terutama untuk memenuhi beberapa kawasan industri yang telah tersedia, misalnya kawasan industri di Dumai dan Tanjung Buton, Riau. Selanjutnya, kawasan industri di Berau-Kalimantan Timur, Gresik-Jawa Timur, Kendal-Jawa Tengah, serta Morowali-Sulawesi Tengah.
"Di Sulawesi, kami fokuskan untuk industri pengolahan mineral serta di Riau dan Kalimantan Timur menjadi kawasan industri untuk pengolahan CPO," sebutnya.
Airlangga juga berharap, tahun ini ada tambahan investasi atau ekspansi yang terealisasi dari pelaku industri AS, termasuk Apple yang akan membangun pusat inovasi di Indonesia.
"Pada semester pertama ini, innovation center mereka segera beroperasi. Mereka juga janji akan bangun lebih di tiga kota. Ini akan mendorong investasi berikutnya," paparnya.
"Karena menurut Pak Duta Besar, orientasi AS saat ini adalah pada perjanjian bilateral. Untuk itu, kami menyampaikan, perdagangan kedua negara harus ditingkatkan," kata Menteri Airlangga selepas bertemu Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr. di Kementerian Perindustrian, dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
"Bagi Indonesia, AS menjadi salah satu pasar yang sangat strategis," ujarnya menambahkan.
Kemenperin mencatat AS menjadi mitra dagang utama Indonesia yang ketiga setelah China dan Jepang dengan nilai total perdagangan pada periode Januari-Juli 2016 mencapai 13,02 miliar dolar AS, dengan neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 5,23 miliar dolar AS atau naik 1,75 persen dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai 5,14 miliar dolar AS.
Menurut Airlangga, kerja sama kedua negara khususnya di sektor industri perlu ditingkatkan lagi karena bersifat saling melengkapi.
"Selama ini, investasi Amerika masuk ke Indonesia utamanya di sektor industri padat modal dan teknologi," ujarnya sembari menambahkan Indonesia dapat mengisinya melalui industri yang cukup berdaya saing seperti kelompok sektor tekstil, pengolahan karet, kulit, barang kulit dan alas kaki, serta makanan dan minuman.
Airlangga juga menyampaikan pihaknya saat ini tengah mendorong perjanjian bilateral untuk meningkatkan ekspor industri tekstil Indonesia ke AS.
"Saat ini, produk tekstil kita kena bea masuk di sana sebesar 12,5 persen. Sedangkan, Vietnam sudah nol persen karena ada agreement kedua negara. Jadi, perjanjian tersebut juga akan mendongkrak daya saing produk kita," katanya.
Menperin juga meminta investor AS terus menanamkan modalnya di Indonesia terutama untuk memenuhi beberapa kawasan industri yang telah tersedia, misalnya kawasan industri di Dumai dan Tanjung Buton, Riau. Selanjutnya, kawasan industri di Berau-Kalimantan Timur, Gresik-Jawa Timur, Kendal-Jawa Tengah, serta Morowali-Sulawesi Tengah.
"Di Sulawesi, kami fokuskan untuk industri pengolahan mineral serta di Riau dan Kalimantan Timur menjadi kawasan industri untuk pengolahan CPO," sebutnya.
Airlangga juga berharap, tahun ini ada tambahan investasi atau ekspansi yang terealisasi dari pelaku industri AS, termasuk Apple yang akan membangun pusat inovasi di Indonesia.
"Pada semester pertama ini, innovation center mereka segera beroperasi. Mereka juga janji akan bangun lebih di tiga kota. Ini akan mendorong investasi berikutnya," paparnya.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: