Pertamina tetapkan mitra pembangunan kilang Bontang pada April
14 Februari 2017 07:15 WIB
Petugas PT. Pertamina (Persero) melintasi kawasan Refinery Unit (RU) atau kilang VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (14/1). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) segera menetapkan mitra bisnis untuk pembangunan kilang baru Grass Root Refinery (GRR) Bontang, Kalimantan Timur, pada April 2017 melalui sistem seleksi.
"Kami akan mengundang pemain-pemain kilang internasional untuk bisa partisipasi di kilang Bontang. Harapannya kami sudah punya partner akhir April 2017," kata Wakil Presiden Korporasi Komunikasi, Wianda Pusponegoro pada paparan kinerja di Jakarta, Senin (13/2).
Wianda memaparkan perseroan akan melakukan project expose pada akhir Februari dengan menawarkan 37 mitra perusahaan pemilik kilang dunia yang memiliki kecakapan dalam membangun kilang serta 20 pelaku usaha migas, terbuka untuk seluruh institusi keuangan global.
Seleksi mitra bisnis ini juga dimungkinkan untuk diikuti oleh perusahaan yang juga terlibat tender kilang NGRR Tuban, Jawa Timur, karena memang perusahaan yang mumpuni dalam pembangunan kilang terbatas.
Setelah tahap project expose, Pertamina akan memilih tiga sampai lima mitra yang potensial hingga terpilih satu mitra yang ditetapkan.
Saat ini perkembangan kilang Bontang baru penyediaan lahan seluas 460 hektare milik negara untuk dimanfaatkan dengan mekanisme sewa. Lokasi ini juga dekat dengan sumber gas.
Ada pun fasilitas yang tersedia yakni fasilitas penunjang operasi (outside battery limits/OSBL) milik KNG Badak yang dapat digunakan oleh kilang Bontang, seperti uap, pembangkit, infrastruktur air dan konstruksi jetty atau dermaga.
Kapasitas kilang Bontang diharapkan mencapai 300 ribu barel minyak per hari dengan bahan bakar minyak (BBM) yang diproduksi jenis bensin sebesar 60 ribu barel per hari dan solar minimal 124 ribu barel per hari dengan standar Euro IV.
Dengan target penyelesaian kilang Bontang pada 2023, produksi minyak Indonesia akan mencapai 1,8 juta barel per hari atau lebih besar dari kebutuhan masyarakat Indonesia sebesar 1,6 juta barel per hari. Dengan demikian, Indonesia ditargetkan tidak lagi mengimpor minyak pada 2023.
"Kita tidak akan lagi mengimpor BBM pada 2023 karena kita sudah bisa memproduksi lebih dari kebutuhan masyarakat Indonesia," ungkap Wianda.
"Kami akan mengundang pemain-pemain kilang internasional untuk bisa partisipasi di kilang Bontang. Harapannya kami sudah punya partner akhir April 2017," kata Wakil Presiden Korporasi Komunikasi, Wianda Pusponegoro pada paparan kinerja di Jakarta, Senin (13/2).
Wianda memaparkan perseroan akan melakukan project expose pada akhir Februari dengan menawarkan 37 mitra perusahaan pemilik kilang dunia yang memiliki kecakapan dalam membangun kilang serta 20 pelaku usaha migas, terbuka untuk seluruh institusi keuangan global.
Seleksi mitra bisnis ini juga dimungkinkan untuk diikuti oleh perusahaan yang juga terlibat tender kilang NGRR Tuban, Jawa Timur, karena memang perusahaan yang mumpuni dalam pembangunan kilang terbatas.
Setelah tahap project expose, Pertamina akan memilih tiga sampai lima mitra yang potensial hingga terpilih satu mitra yang ditetapkan.
Saat ini perkembangan kilang Bontang baru penyediaan lahan seluas 460 hektare milik negara untuk dimanfaatkan dengan mekanisme sewa. Lokasi ini juga dekat dengan sumber gas.
Ada pun fasilitas yang tersedia yakni fasilitas penunjang operasi (outside battery limits/OSBL) milik KNG Badak yang dapat digunakan oleh kilang Bontang, seperti uap, pembangkit, infrastruktur air dan konstruksi jetty atau dermaga.
Kapasitas kilang Bontang diharapkan mencapai 300 ribu barel minyak per hari dengan bahan bakar minyak (BBM) yang diproduksi jenis bensin sebesar 60 ribu barel per hari dan solar minimal 124 ribu barel per hari dengan standar Euro IV.
Dengan target penyelesaian kilang Bontang pada 2023, produksi minyak Indonesia akan mencapai 1,8 juta barel per hari atau lebih besar dari kebutuhan masyarakat Indonesia sebesar 1,6 juta barel per hari. Dengan demikian, Indonesia ditargetkan tidak lagi mengimpor minyak pada 2023.
"Kita tidak akan lagi mengimpor BBM pada 2023 karena kita sudah bisa memproduksi lebih dari kebutuhan masyarakat Indonesia," ungkap Wianda.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: