PSSI diminta gelar kompetisi pemain usia dini
13 Februari 2017 09:46 WIB
Pesepakbola dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Mandiri Utama 28 Makassar berdoa saat adu penalti di babak kualifikasi regional Sulawesi pada kompetisi Aqua Danone Nations Cup 2016 di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (17/1). (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Samarinda (ANTARA News) - PSSI Provinsi Kalimantan Timur dan kabupaten/kota diminta menggelar kompetisi sepak bola secara rutin untuk pemain usia dini dan muda sebagai upaya menumbuhkan bibit-bibit atlet potensial yang tersebar di berbagai daerah.
Pemilik Akademi Sepak Bola Harby, Dimas Rhaditia, dihubungi di Samarinda, Senin, mengemukakan sejauh ini kompetisi sepak bola yang diselenggarakan asosiasi sepak bola provinsi maupun kabupaten/kota di Kaltim belum ada yang menyentuh bakat para pemain muda.
Padahal, bibit pemain muda dan usia dini cukup besar, tetapi mereka belum memiliki wadah untuk mengembangkan kemampuannya.
"Ini menjadi tugas federasi sepak bola ke depannya, karena sudah tiga tahun ini kami menyelenggarakan kompetisi internal sendiri, disebabkan tidak adanya kompetisi yang digagas oleh federasi," jelas Dimas.
Ia menyinggung soal program nasional pencarian bakat untuk para pemain sepak bola di sejumlah daerah dalam rangka pembentukan tim nasional, seperti U-19 yang beberapa tahun lalu sempat memunculkan para pemain berbakat.
Menurut Dimas, langkah blusukan seperti itu tidak lazim dilakukan oleh negara lain yang sudah maju dan memiliki timnas kelas dunia.
"Tidak ada metodologinya mencari bakat pemain berkelas dengan cara blusukan, ya harusnya dipantau terus melalui ajang kompetisi yang bagus dan kemudian digarap serius sesuai jenjangnya. Tidak bisa asal comot begitu saja," katanya.
Apabila program tersebut tetap dipaksakan, lanjut Dimas, penilaian calon pemain menjadi subjektivas para pencari bakat yang ditunjuk oleh federasi (PSSI).
"Bukan penilaian objektif yang terpampang melalui regulasi kompetisi dan tidak jelas tolak ukurnya dalam menentukan layak atau tidaknya pemain tersebut masuk di timnas," imbuh Dimas.
Ia mengakui dari proses blusukan seperti itu bisa jadi akan ditemukan bakat pemain yang luar biasa dan bisa diasah kemampuannya untuk menjadi pemain hebat di masa depan.
Namun, menemukan pemain berbakat dengan cara seperti itu bukan persoalan mudah, apalagi pemantauan terhadap bakat atlet dilakukan secara singkat saat kunjungan di daerah.
"Kalau kompetisi usia dini dan pemain muda bisa digulirkan secara rutin untuk semua jenjang, maka akan memudahkan para pencari bakat memilih pemain-pemain potensial dari berbagai penjuru daerah untuk menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia," papar Dimas.
Pemilik Akademi Sepak Bola Harby, Dimas Rhaditia, dihubungi di Samarinda, Senin, mengemukakan sejauh ini kompetisi sepak bola yang diselenggarakan asosiasi sepak bola provinsi maupun kabupaten/kota di Kaltim belum ada yang menyentuh bakat para pemain muda.
Padahal, bibit pemain muda dan usia dini cukup besar, tetapi mereka belum memiliki wadah untuk mengembangkan kemampuannya.
"Ini menjadi tugas federasi sepak bola ke depannya, karena sudah tiga tahun ini kami menyelenggarakan kompetisi internal sendiri, disebabkan tidak adanya kompetisi yang digagas oleh federasi," jelas Dimas.
Ia menyinggung soal program nasional pencarian bakat untuk para pemain sepak bola di sejumlah daerah dalam rangka pembentukan tim nasional, seperti U-19 yang beberapa tahun lalu sempat memunculkan para pemain berbakat.
Menurut Dimas, langkah blusukan seperti itu tidak lazim dilakukan oleh negara lain yang sudah maju dan memiliki timnas kelas dunia.
"Tidak ada metodologinya mencari bakat pemain berkelas dengan cara blusukan, ya harusnya dipantau terus melalui ajang kompetisi yang bagus dan kemudian digarap serius sesuai jenjangnya. Tidak bisa asal comot begitu saja," katanya.
Apabila program tersebut tetap dipaksakan, lanjut Dimas, penilaian calon pemain menjadi subjektivas para pencari bakat yang ditunjuk oleh federasi (PSSI).
"Bukan penilaian objektif yang terpampang melalui regulasi kompetisi dan tidak jelas tolak ukurnya dalam menentukan layak atau tidaknya pemain tersebut masuk di timnas," imbuh Dimas.
Ia mengakui dari proses blusukan seperti itu bisa jadi akan ditemukan bakat pemain yang luar biasa dan bisa diasah kemampuannya untuk menjadi pemain hebat di masa depan.
Namun, menemukan pemain berbakat dengan cara seperti itu bukan persoalan mudah, apalagi pemantauan terhadap bakat atlet dilakukan secara singkat saat kunjungan di daerah.
"Kalau kompetisi usia dini dan pemain muda bisa digulirkan secara rutin untuk semua jenjang, maka akan memudahkan para pencari bakat memilih pemain-pemain potensial dari berbagai penjuru daerah untuk menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia," papar Dimas.
Pewarta: Arumanto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: