Juba (ANTARA News) - Pertempuran sengit di Sudan Selatan telah memaksa 1,5 juta orang meninggalkan negeri itu serta mencari keselamatan sejak konflik meletus pada Desember 2013, kata Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Jumat (10/2).

UNHCR di dalam satu pernyataan mengatakan bahwa lagi 1,2 juta orang kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi di negara termuda di dunia tersebut tanpa harapan penyelesaian.

"Dengan pengungsian sebanyak ini, Sudan Selatan sekarang menghadapi krisis pengungsi terbesar di Afrika dan yang ketiga di dunia setelah Suriah dan Afghanistan --sementara tak banyak perhatian diberikan dan kondisi kronis kurang mendapat dana," kata UNHCR.

Pertempuran meletus di dalam negeri Sudan Selatan pada Juli 2016, setelah macetnya proses perdamaian antara pasukan oposisi dan pemerintah.

Badan PBB tersebut mengatakan lebih dari 760.000 pengungsi meninggalkan negeri tersebut pada 2016, sementara konflik bertambah sengit pada semester kedua tahun itu --dan rata-rata 63.000 orang dipaksa meninggalkan negeri tersebut setiap bulan.

Setengah juta orang harus menyelamatkan diri selama empat bulan belakangan, kata UNHCR, sebagaimana diberitakan Xinhua. Ditambahkannya, lebih dari 60 persen pengungsi adalah anak kecil, banyak di antara mereka tiba dalam kondisi gizi buruk yang menyedihkan. Anak-anak itu dipaksa menanggung dampak kekejaman konflik yang berkecamuk.

"Kami menyeru semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut agar segera menyelesaikan secara damai krisis ini. Tanpa penyelesaian, ribuan orang terus berdatangan ke negara tetangga Sudan Selatan --Uganda, Ethiopia, Sudan, Kenya, Republik Demokratik Kongo dan di Republik Afrika Tengah setiap hari-- sementara konflik kini memasuki tahun keempatnya," kata badan PBB tersebut.

Kebanyakan pengungsi ditampung oleh Uganda, tempat sebanyak 698.000 orang telah tiba.

Ethiopia menampung tak kurang dari 342.000 pengungsi, sementara lebih dari 305.000 orang berada di Sudan dan sebanyak 89.000 di Kenya, 68.000 di Republik Demokratik Kongo dan 4.900 di Republik Afrika Tengah.

Menurut UNHCR, pengungsi datang belum lama ini melaporkan penderitaan mereka di dalam wilayah Sudan Selatan, tempat merebaknya pertempuran sengit, penculikan, perkosaan, ketakutan terhadap kelompok bersenjata dan ancaman keselamatan, serta kekurangan pangan akut.

"Pada 2017, kami meminta 782 juta dolar AS bagi operasi regional di dalam Sudan Selatan dan negara tetangga penampung pengungsi," katanya.

Mereka yang menyelamatkan diri dari Sudan Selatan kini ditampung oleh masyarakat paling miskin di negara tetangga, yang menghadapi tekanan berat karena kelangkaan sumber daya.

UNHCR menyatakan lembaga itu sangat mengkhawatirkan kurangnya sumber daya untuk menangani krisis pengungsi terbesar di dunia tersebut.

(Uu.C003)