Mensos: mahasiswa KKN bisa sisir warga miskin
Pengobatan Gratis Di Ambon Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa sejumlah murid sekolah dasar (SD), saat menghadiri pengobatan gratis dan pembagian paket nutrisi jelang Hari Pers Nasional (HPN), di Desa Hukurila, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Maluku, Rabu (8/2/2017). Aksi sosial yang diberikan kepada 500 warga di Ambon ini, digelar atas kerjasama Kementerian Sosial Republik Indonesia, Bank Negara Indonesia, Kodam XVI/Pattimura serta Yayasan Pundi Amal dan Peduli Kasih SCTV - Indonsiar. (ANTARA /Embong Salampessy) ()
"Dengan demikian, tidak ada masyarakat miskin yang tercecer yang tidak memperoleh bantuan sosial sebagaimana amanat Nawacita," kata Khofifah di Ambon, Maluku, Kamis, sebagaimana dikutip dalam siaran pers.
Khofifah mengemukakan hal itu saat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang Pengembangan Model Desa Sejahtera Mandiri yang melibatkan 16 perguruan tinggi melalui KKN di Kampus Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM).
Ia berharap KKN di satu titik desa bisa dilaksanakan secara terus menerus, minimal dua sampai tiga tahun, hingga desa tersebut menjadi desa mandiri dan berdaya.
Penyisiran secara terus menerus ini, kata dia, akan semakin mempercepat penanganan kemiskinan di daerah tersebut.
"Kalau ada yang rumahnya tidak layak huni kami ada program Rutilahu, atau jika ada lansia miskin dan penyandang disabilitas Kemensos juga punya bantuan untuk mereka," ujarnya.
Khofifah menambahkan desa menjadi sasaran utama karena angka kemiskinan di desa dua kali lipat lebih tinggi daripada di kota. Aksesibilitas terhadap layanan publik pun sangat minim.
"Persentase penduduk miskin di desa mencapai 13,96 persen, sementara di kota hanya 7,73 persen," katanya.
Oleh karena itu, Khofifah berharap langkah kerja sama yang dilakukan oleh UKIM bisa diikuti oleh perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
Pada bagian lain Khofifah menyoroti kondisi desa saat ini yang berbeda dengan masa lalu. Kearifan lokal yang dulu begitu dijunjung tinggi, saat ini mulai hilang dan tercerabut dari lokalitasnya sendiri.
Nilai-nilai toleransi, setia kawan, solidaritas, gotong royong, tenggang rasa, dan saling menghormati semakin terkikis. Masyarakat semakin intoleran individualistis, acuh, dan saling curiga.
Padahal, kata dia, kearifan lokal menjadi modal utama pembangunan di tengah kemajemukan Indonesia.
"Jadi, meskipun berbeda suku, agama, dan ras pemikirannya tetap satu membangun desa menjadi lebih permai dan sejahtera," katanya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017