Perludem: kasus kekerasan jelang Pilkada paling tinggi di Aceh
9 Februari 2017 17:49 WIB
Petugas menyegel pintu kendaraan yang digunakan untuk pendistribusian secara serentak logistik pilgub di Gudang Logistik KPU, Jakarta, Selasa (7/2/2017). KPU Jakarta Pusat mendistribusikan 766.439 surat suara dan seluruh kebutuhan logistik Pilkada DKI Jakarta ke delapan kecamatan kota Jakarta Pusat secara serentak. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta (ANTARA News) - Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyatakan kasus kekerasan menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 paling banyak terjadi di Aceh.
"Jika melihat perjalanan dinamika di Pilkada serentak, Aceh merupakan daerah yang paling banyak mengalami peristiwa kekerasan, yakni sebanyak 26 kasus, yang terjadi antara lain di Aceh Timur, Aceh Utara, dan Pidie," kata Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini di Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta, Kamis.
Menurut dia, jumlah kasus tersebut termasuk pada jenis kekerasan fisik, perusakan alat peraga, penembakan, dan penyerangan dengan granat, dan belum termasuk kekerasan psikis, intimidasi, dan ancaman.
"Kendati kejadiannya di daerah, namun kasus tersebut menyangkut dengan persoalan pilkada provinsi. Bahkan di beberapa kasus, peristiwanya menyangkut kepentingan pilkada provinsi dan pilkada kabupaten," jelas Titi.
Ia mengungkapkan keterkaitan konflik kekerasan di tingkat provinsi hingga kabupaten ini dapat terjadi karena tim sukses yang terlibat merupakan bagian dari satu struktur partai yang sama dan bekerja untuk memenangkan kepentingan secara bersamaan.
Terkait dengan persoalan ini, Perludem mendorong kepolisian dan Bawaslu melakukan penindakan hukum secara tegas kepada siapa pun yang menjadi pelaku kekerasan.
"Kasus ini juga membuktikan bahwa prediksi Bawaslu mengenai Aceh sebagai daerah yang memiliki kerawanan tinggi dalam Pilkada 2017 itu benar," katanya.
Pilkada 2017 akan diselenggarakan pada 15 Februari 2017 dan diikuti 101 daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, serta kota. Daerah yang bakal menyelenggarakan pilkada tersebut terdiri atas tujuh provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota.
"Jika melihat perjalanan dinamika di Pilkada serentak, Aceh merupakan daerah yang paling banyak mengalami peristiwa kekerasan, yakni sebanyak 26 kasus, yang terjadi antara lain di Aceh Timur, Aceh Utara, dan Pidie," kata Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini di Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta, Kamis.
Menurut dia, jumlah kasus tersebut termasuk pada jenis kekerasan fisik, perusakan alat peraga, penembakan, dan penyerangan dengan granat, dan belum termasuk kekerasan psikis, intimidasi, dan ancaman.
"Kendati kejadiannya di daerah, namun kasus tersebut menyangkut dengan persoalan pilkada provinsi. Bahkan di beberapa kasus, peristiwanya menyangkut kepentingan pilkada provinsi dan pilkada kabupaten," jelas Titi.
Ia mengungkapkan keterkaitan konflik kekerasan di tingkat provinsi hingga kabupaten ini dapat terjadi karena tim sukses yang terlibat merupakan bagian dari satu struktur partai yang sama dan bekerja untuk memenangkan kepentingan secara bersamaan.
Terkait dengan persoalan ini, Perludem mendorong kepolisian dan Bawaslu melakukan penindakan hukum secara tegas kepada siapa pun yang menjadi pelaku kekerasan.
"Kasus ini juga membuktikan bahwa prediksi Bawaslu mengenai Aceh sebagai daerah yang memiliki kerawanan tinggi dalam Pilkada 2017 itu benar," katanya.
Pilkada 2017 akan diselenggarakan pada 15 Februari 2017 dan diikuti 101 daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, serta kota. Daerah yang bakal menyelenggarakan pilkada tersebut terdiri atas tujuh provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota.
Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017
Tags: