Jakarta (ANTARA News) - Badan Meterorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa bumi tektonik yang terjadi di Jayapura pada Kamis 09.21.53 WIB tidak berpotensi merusak sehingga diharapkan masyarakat tenang.

"Gempa dengan kekuatan 5,1 Skala Richter itu tidak berpotensi merusak dan tsunami," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Mochammad Riyadi mengatakan hasil pemantauan BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershocks).

Jika ditinjau dari kedalaman pusat gempa, kata dia, gerakan tektonik itu merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Pasifik di New Guinea Trench di sebelah utara Jayapura.

Hasil analisis mekanisme sumber, lanjut dia, menunjukkan gempa dipicu oleh penyesaran miring yang merupakan kombinasi antara pergerakan lempeng mendatar dan naik (oblique-thrust).

"Pemodelan yang dilakukan BMKG menunjukkan gempa tidak berpotensi tsunami. Untuk itu, warga yang tinggal di pesisir pantai utara Papua dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata dia.

Sebelumnya, terjadi gempa di koordinat bumi 2,39 LS dan 140,81 BT atau di laut pada jarak 25 km arah timur laut Kota Jayapura pada kedalaman 43 km.

Dampak gempa bumi yang digambarkan peta tingkat guncangan, kata Riyadi, menunjukkan di Jayapura, Sentani, Keerom dan Waena mengalami guncangan pada intensitas II SIG-BMKG atau III-IV MMI.

Guncangan gempa, kata dia, dilaporkan dirasakan oleh orang banyak hingga beberapa diantaranya sempat berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri.