Praktisi: SDM Indonesia harus berdaya saing tinggi
9 Februari 2017 13:47 WIB
Direktur Operasi PT ASABRI (Persero) Adiyatmika mengamati siswa SMAN 1 Yogyakarta belajar membantik. (Foto ANTARA/Bambang Sutopo Hadi/ags/17)
Yogyakarta (ANTARA News) - Sumber daya manusia Indonesia harus memiliki daya saing tinggi untuk menghadapi kondisi ekonomi global yang cepat berubah, kata Direktur Operasi PT ASABRI (Persero) Adiyatmika.
"Jika sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak memiliki daya saing tinggi, maka akan sulit untuk dapat bersaing dengan SDM dari negara lain dalam ekonomi global terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," katanya di SMA Negeri 1 Yogyakarta, Rabu.
Di sela mengisi "kelas inspirasi" dalam rangka program BUMN Mengajar, Adiyatmika mengatakan daya saing dibutuhkan untuk bersaing dengan negara lain dalam bidang jasa, produk, dan SDM.
"Selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri hanya sekadar mencari penghasilan untuk bertahan hidup. Tenaga kerja Indonesia kalah bersaing karena keterampilan atau daya saing yang dimiliki rendah," katanya.
Menurut dia, hal itu perlu dipacu agar tenaga kerja Indonesia memiliki daya saing tinggi sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan antara lain menanamkan daya saing sejak dini.
"Daya saing perlu ditanamkan pada siswa. Oleh karena itu, kami melalui program BUMN Mengajar memberikan motivasi kepada siswa sekolah menengah atas (SMA) terkait dengan daya saing," katanya.
Selain daya saing, menurut dia, nasionalisme juga perlu ditanamkan pada siswa sehingga mereka tetap memiliki jiwa nasionalis meskipun kelak bekerja di luar negeri. Mereka juga memiliki kepedulian terhadap bangsa dan negara.
Ia mengatakan, ASABRI melalui program CSR memberikan bantuan pendidikan kepada siswa dalam program Mengenal Nusantara serta sekolah. Selain itu juga membantu pembangunan daerah perbatasan.
"Bantuan yang kami berikan itu antara lain dalam bentuk beasiswa dan pembangunan gedung sekolah," kata Adiyatmika yang merupakan lulusan SMA Negeri 1 Yogyakarta tahun 1979.
Kepala SMA Negeri 1 Yogyakarta Yudi Prakanto mengatakan "kelas inspirasi" merupakan momentum menghadirkan salah satu alumni untuk memberikan motivasi dan inspirasi kepada siswa.
"Kegiatan itu diharapkan dapat memotivasi dan menginspirasi siswa dalam berkiprah di dunia nyata setelah menyelesaikan studi. Jadi, sejak dini siswa sudah mempunyai antisipasi, target capaian, dan keinginan untuk melangkah ke depan," kata Yudi.
"Jika sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak memiliki daya saing tinggi, maka akan sulit untuk dapat bersaing dengan SDM dari negara lain dalam ekonomi global terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," katanya di SMA Negeri 1 Yogyakarta, Rabu.
Di sela mengisi "kelas inspirasi" dalam rangka program BUMN Mengajar, Adiyatmika mengatakan daya saing dibutuhkan untuk bersaing dengan negara lain dalam bidang jasa, produk, dan SDM.
"Selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri hanya sekadar mencari penghasilan untuk bertahan hidup. Tenaga kerja Indonesia kalah bersaing karena keterampilan atau daya saing yang dimiliki rendah," katanya.
Menurut dia, hal itu perlu dipacu agar tenaga kerja Indonesia memiliki daya saing tinggi sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan antara lain menanamkan daya saing sejak dini.
"Daya saing perlu ditanamkan pada siswa. Oleh karena itu, kami melalui program BUMN Mengajar memberikan motivasi kepada siswa sekolah menengah atas (SMA) terkait dengan daya saing," katanya.
Selain daya saing, menurut dia, nasionalisme juga perlu ditanamkan pada siswa sehingga mereka tetap memiliki jiwa nasionalis meskipun kelak bekerja di luar negeri. Mereka juga memiliki kepedulian terhadap bangsa dan negara.
Ia mengatakan, ASABRI melalui program CSR memberikan bantuan pendidikan kepada siswa dalam program Mengenal Nusantara serta sekolah. Selain itu juga membantu pembangunan daerah perbatasan.
"Bantuan yang kami berikan itu antara lain dalam bentuk beasiswa dan pembangunan gedung sekolah," kata Adiyatmika yang merupakan lulusan SMA Negeri 1 Yogyakarta tahun 1979.
Kepala SMA Negeri 1 Yogyakarta Yudi Prakanto mengatakan "kelas inspirasi" merupakan momentum menghadirkan salah satu alumni untuk memberikan motivasi dan inspirasi kepada siswa.
"Kegiatan itu diharapkan dapat memotivasi dan menginspirasi siswa dalam berkiprah di dunia nyata setelah menyelesaikan studi. Jadi, sejak dini siswa sudah mempunyai antisipasi, target capaian, dan keinginan untuk melangkah ke depan," kata Yudi.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017
Tags: