Nairobi (ANTARA News) - Kemarau parah di Kenya tampaknya akan meningkatkan konflik manusia-hewan, demikian peringatan pencinta hewan di negeri itu pada Rabu (8/2).

Direktur Dana Internasional untuk Kesejahteraan Hewan (IFAW) di Wilayah Afrika Timur James Isiche mengatakan di Nairobi kepada Xinhua, kekurangan air dan padang rumput akan memaksa hewan liar keluar dari daerah perlindungan untuk mencari air.

"Akibatnya ialah kita tampaknya akan menyaksikan peningkatan kasus konflik manusia-hewan liar pada tahun ini," kata Isiche di sisi konferensi mengenai pembangunan kemampuan dalam penanganan perantara ternak peliharaan-hewan liar.

Isiche mengatakan kondisi yang dihadapi gajah sangat menyedihkan karena hewan tersebut akan akan berhadapan dengan ternak dan manusia sewaktu mencari air.

"Gajah cenderung bergerak berkelompok dan gajah tua dan muda tampaknya akan terkena dampaknya sebab mereka lebih lemah," ia menambahkan.

IFAW menyatakan lembaga tersebut akan menghadapi tugas sangat besar untuk menghindari kematian hewan akibat konflik manusia-hewan liar. Sebagian tindakan itu yang dapat dilakukan meliputi pengerahan petugas penjaga satwa untuk memisahkan hewan liar dengan manusia.

Isiche mengatakan kemarau telah bertambah parah akibat pengrusakan daerah resapan air penting di Kenya.

Pencinta hewan menyatakan kemarau dapat menjungkir-balikkan prestasi yang dibuat untuk mengurangi kematian gajah akibat perburuan liar.

Jumlah gajah yang dibunuh oleh pemburu liar telah berkurang dari rata-rata 350 gajah per tahun pada 2012 jadi kurang dari 200 gajah saat ini.

(Uu.C003)