Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyatakan fenomena "Madden Julian Oscilation" atau penjalaran tekanan udara rendah memicu peningkatan curah hujan di Yogyakarta di atas 50 milimeter per hari.

"Kemunculan Madden Julian Oscilation (MJO) menyebabkan peningkatan curah hujan seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di Yogyakarta," kata Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteorologi, Klomatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Minggu.

Menurut Joko, fenomena MJO meningkatkan pembentukan awan hujan dan bergerak dinamis sepanjang equator dari Samudera Hindia sebelah barat Pulau Sumatra hingga Samudera Pasifik sebelah timur Papua.

"Beberapa hari kemarin MJO tepat berada di Indonesia sehingga berdampak pada peningkatan curah hujan, namun dalam beberapa hari kedepan MJO sudah berada di Saumdera Pasifik timur Papua," kata dia.

Selain MJO, menurut Joko, kelembaban udara mencapai lebih dari 80 persen di atas wilayah Pulau Jawa juga menyebabkan hujan lebat atau hujan dengan durasi lama disertai petir dan angin kencang hingga mencapai 45 kilometer per jam.

Dengan fenomena itu, sesuai prediksi BMKG Yogyakarta hingga 8 Februari 2017 curah hujan kategori tinggi hingga 150 milimeter per minggu akan terjadi di seluruh wilayah Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo ( Samigaluh, Kalibawang, Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah), Kabupaten Bantul (Srandakan, Sanden, Bambang Lipuro, Kretek, Pundong,Imogiri, Dlingo), Kabupaten Gunung Kidul ( Playen, Wonosari, Semanu, Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Rongkop), serta sebagian besar wilayah Kota Yogyakarta.

"Selama Februari curah hujan memang masih cukup tinggi. Baru nanti di bulan Maret akan mengalami penurunan curah hujan dan akan memasuki pancaroba hingga April 2017," kata dia.

Selain curah hujan yang meningkat, tinggi gelombang laut di Perairan Laut Selatan Yogyakarta selama sepekan ke depan mencapai 2,5 meter hingga 4 meter.