Jakarta (ANTARA News) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kredit perbankan sepanjang 2016 tumbuh 7,87 persen, sementara kredit valuta asing nyaris stagnan dengan kenaikan hanya 0,92 persen.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Jakarta, Jumat, menuturkan, permintaan kredit rupiah sepanjang 2016 terus membaik, ditandai dengan pertumbuhan kredit rupiah yang hampir dua digit, atau sebesar 9,15 persen.

"Yang paling pelan memang kredit valas, tumbuhnya 0,92 persen," ujar dia.

Melambatnya kredit valas ditengarai karena masih lesunya perekonomian global, termasuk mitra dagang dari Indonesia, sehingga memperkecil permintaan pembiayaan valuta asing.

Sementara kegiatan ekonomi dalam negeri, ujar Muliaman, cukup memompa kinerja perbankan di akhir 2016. Dana Pihak Ketiga (DPK) berdenominasi rupiah, ujar dia, tumbuh 9,6 persen.

"Pertumbuhan DPK terutama terjadi sekitar Oktober, November, Desember 2016. Saya kira ini kontribusi program amnesti pajak. Jadi banyak repatriasi yang masuk sementara di parkir di perbankan," ujar dia.

DPK valuta asing melambat atau tumbuh minus 0,33 persen.

Pertumbuhan DPK juga banyak ditopang dana repatriasi program amnesti pajak. Dana repatriasi amnesti dari 1 Juli 2016 hingga 27 Januari 2017 sebesar Rp105 triliun, di mana 70,9 persen dari total dana tersebut masuk Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan.