Rawan pangan melanda 6,2 juta orang di Somalia
3 Februari 2017 09:22 WIB
Warga mencari air dari sumur dangkal digali di sepanjang tepian Sungai Shabelle, yang kering akibat kekeringan di wilayah Shabelle, Somalia, Sabtu (19/3/16). (REUTERS/Feisal Omar/djo/16)
Mogadishu (ANTARA News) - Seorang pejabat senior bantuan PBB di Somalia pada Kamis (2/2) menyeru masyarakat internasional agar meningkatkan bantuan kemanusiaan guna menghindari kelaparan di negeri itu, tempat lebih dari 6,2 juta orang menghadapi kondisi rawan pangan akut.
Peer de Clercq, Koordinator Kemanusiaan untuk Somalia, memperingatkan jika peningkatan mendesak bantuan kemanusiaan secara besar tidak dilakukan dalam beberapa pekan ke depan, kelaparan dapat segera menjadi kenyataan di beberapa daerah yang paling parah dilanda kemarau di Somalia.
"Jika kita tidak meningkatkan reaksi kemarau secepatnya, itu akan merenggut nyawa, makin menghancurkan kehidupan, dan dapat merusak upaya mengenai gagasan penting pembangunan perdamaian dan untuk mewujudkan negara," kata Clercq selama peluncuran data gizi dan keamanan pangan terkini di Mogadishu.
"Kemarau, bahkan yang separah ini, tidak secara otomatis berarti bencana jika kita menanggapi cukup dini dengan dukungan tepat waktu dari masyarakat internasional," katanya.
Negara Tanduk Afrika itu menghadapi cengkeraman kemarau parah, yang terjadi akibat curah hujan buruk selama dua musim berturut-turut.
Di daerah yang terpengaruh paling parah, curah hujan yang tidak memadai dan kekurangan air telah menghancurkan tanaman dan menewaskan ternak, kata Xinhua di Jakarta, Jumat pagi.
Sementara itu masyarakat dipaksa menjual harta mereka, dan meminjam makanan serta uang agar bisa tetap hidup.
Menurut Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan (FEWSNET) dan Unit Analisis Gizi dan Keamanan Pangan (FSNAU), yang dikelola Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO), jumlah orang yang memerlukan bantuan telah naik dari lima juta pada September jadi lebih dari 6,2 juta sekarang, lebih separuh dari penduduk di negeri tersebut.
Jumlah itu meliputi peningkatan drastis jumlah orang yang berada dalam kondisi "krisis" dan "darurat" dari 1,1 juta jumlah bulan lalu menjadi sebanyak tiga juta orang antara Februari dan Juni.
Situasi anak-anak sangat parah. Sebanyak 363.000 anak yang kekurangan gizi parah sangat memerlukan dukungan gizi, termasuk pengobatan untuk menyelamatkan nyawa buat lebih dari 71.000 anak yang menderiti gizi buruk parah.
"Ini lah waktunya untuk bertindak guna mencegah kelaparan lain di Somalia. Belajar dari reaksi kemarau pada 2016, kita perlu secara cepat membentuk reaksi kemanusiaan untuk secara efektif menanggapi keperluan besar ini dan menghindari kelaparan," kata Clercq.
Tingkat penderitaan di negeri tersebut, yang dipicu oleh konflik berkepanjangan, pukulan iklim dan wabah penyakit, sangat berat untuk dipikul, tapi dampak kemarau saat ini merupakan ancaman dengan tingkat yang sangat besar.
Somalia mengalami kelaparan terburuk Abad 21 pada 2011, yang mempengaruhi sebanyak empat juta orang. Kelaparan menewaskan lebih dari seperempat juta orang.
Peer de Clercq, Koordinator Kemanusiaan untuk Somalia, memperingatkan jika peningkatan mendesak bantuan kemanusiaan secara besar tidak dilakukan dalam beberapa pekan ke depan, kelaparan dapat segera menjadi kenyataan di beberapa daerah yang paling parah dilanda kemarau di Somalia.
"Jika kita tidak meningkatkan reaksi kemarau secepatnya, itu akan merenggut nyawa, makin menghancurkan kehidupan, dan dapat merusak upaya mengenai gagasan penting pembangunan perdamaian dan untuk mewujudkan negara," kata Clercq selama peluncuran data gizi dan keamanan pangan terkini di Mogadishu.
"Kemarau, bahkan yang separah ini, tidak secara otomatis berarti bencana jika kita menanggapi cukup dini dengan dukungan tepat waktu dari masyarakat internasional," katanya.
Negara Tanduk Afrika itu menghadapi cengkeraman kemarau parah, yang terjadi akibat curah hujan buruk selama dua musim berturut-turut.
Di daerah yang terpengaruh paling parah, curah hujan yang tidak memadai dan kekurangan air telah menghancurkan tanaman dan menewaskan ternak, kata Xinhua di Jakarta, Jumat pagi.
Sementara itu masyarakat dipaksa menjual harta mereka, dan meminjam makanan serta uang agar bisa tetap hidup.
Menurut Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan (FEWSNET) dan Unit Analisis Gizi dan Keamanan Pangan (FSNAU), yang dikelola Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO), jumlah orang yang memerlukan bantuan telah naik dari lima juta pada September jadi lebih dari 6,2 juta sekarang, lebih separuh dari penduduk di negeri tersebut.
Jumlah itu meliputi peningkatan drastis jumlah orang yang berada dalam kondisi "krisis" dan "darurat" dari 1,1 juta jumlah bulan lalu menjadi sebanyak tiga juta orang antara Februari dan Juni.
Situasi anak-anak sangat parah. Sebanyak 363.000 anak yang kekurangan gizi parah sangat memerlukan dukungan gizi, termasuk pengobatan untuk menyelamatkan nyawa buat lebih dari 71.000 anak yang menderiti gizi buruk parah.
"Ini lah waktunya untuk bertindak guna mencegah kelaparan lain di Somalia. Belajar dari reaksi kemarau pada 2016, kita perlu secara cepat membentuk reaksi kemanusiaan untuk secara efektif menanggapi keperluan besar ini dan menghindari kelaparan," kata Clercq.
Tingkat penderitaan di negeri tersebut, yang dipicu oleh konflik berkepanjangan, pukulan iklim dan wabah penyakit, sangat berat untuk dipikul, tapi dampak kemarau saat ini merupakan ancaman dengan tingkat yang sangat besar.
Somalia mengalami kelaparan terburuk Abad 21 pada 2011, yang mempengaruhi sebanyak empat juta orang. Kelaparan menewaskan lebih dari seperempat juta orang.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: