Kemkes: Indonesia negara endemis DBD
1 Februari 2017 23:20 WIB
Ilustrasi--Pengasapan Cegah DBD. Petugas dari Dinas Kesehatan Pekanbaru melakukan pengasapan (fogging) guna memberantas dan mencegah berkembang biaknya nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di Pekanbaru, Riau, Selasa (31/1/2017). Dinas Kesehatan Pekanbaru intensif melakukan pengasapan disejumlah kawasan perumahan dan pertokoan guna memutus mata rantai sekaligus mencegah meluasnya penyebaran nyamuk DBD menyusul peralihan musim. (ANTARA /Rony Muharrman)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia merupakan negara dengan seluruh wilayahnya menjadi daerah endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD), kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh.
"Semua provinsi di Indonesia adalah endemis DBD, jadi semua provinsi, kabupaten/kota harus melakukan apa yang disebut pemberantasan nyamuk, tidak menunggu musim hujan, tidak menunggu adanya kasus DBD," kata Subuh di Jakarta, Rabu.
Subuh menyarankan agar masyarakat Indonesia selalu membersihkan rumah untuk memberantas sarang-sarang nyamuk minimal satu kali dalam seminggu sepanjang tahun.
Membersihkan rumah selama 52 kali dalam setahun disebutnya sebagai cara paling efektif dalam memberantas perkembangan nyamuk DBD.
"Karena dengan cara inilah yang paling efektif. Bukan dengan fogging bukan dengan cara-cara lain," ujar dia.
Subuh menjelaskan kondisi curah hujan yang tinggi saat ini tidak serta merta meningkatkan jumlah kasus penyakit DBD.
Meski dia sendiri tidak menampik bahwa jumlah penderita DBD meningkat per bulannya. "Peningkatan DBD sepanjang bulan ada. Tapi kalau kejadian luar biasa (KLB) belum terlaporkan, belum ada laporan," ujar Subuh.
Dia mengatakan tim Kementerian Kesehatan masih terus memantau perkembangan penyakit DBD. Terlebih lagi pemerintah sudah memprediksi potensi peningkatan kasus di sejumlah daerah.
Namun berdasarkan pengamatan belum ada temuan kasus yang berjumlah dua kali lipat pada suatu bulan dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau yang dikategorikan sebagai kejadian luar biasa.
Subuh juga mengatakan saat ini pemerintah sedang mengembangkan vaksin untuk penyakit DBD yang diharapkan bisa dimulai vaksinasi pada 2019.
"Semua provinsi di Indonesia adalah endemis DBD, jadi semua provinsi, kabupaten/kota harus melakukan apa yang disebut pemberantasan nyamuk, tidak menunggu musim hujan, tidak menunggu adanya kasus DBD," kata Subuh di Jakarta, Rabu.
Subuh menyarankan agar masyarakat Indonesia selalu membersihkan rumah untuk memberantas sarang-sarang nyamuk minimal satu kali dalam seminggu sepanjang tahun.
Membersihkan rumah selama 52 kali dalam setahun disebutnya sebagai cara paling efektif dalam memberantas perkembangan nyamuk DBD.
"Karena dengan cara inilah yang paling efektif. Bukan dengan fogging bukan dengan cara-cara lain," ujar dia.
Subuh menjelaskan kondisi curah hujan yang tinggi saat ini tidak serta merta meningkatkan jumlah kasus penyakit DBD.
Meski dia sendiri tidak menampik bahwa jumlah penderita DBD meningkat per bulannya. "Peningkatan DBD sepanjang bulan ada. Tapi kalau kejadian luar biasa (KLB) belum terlaporkan, belum ada laporan," ujar Subuh.
Dia mengatakan tim Kementerian Kesehatan masih terus memantau perkembangan penyakit DBD. Terlebih lagi pemerintah sudah memprediksi potensi peningkatan kasus di sejumlah daerah.
Namun berdasarkan pengamatan belum ada temuan kasus yang berjumlah dua kali lipat pada suatu bulan dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau yang dikategorikan sebagai kejadian luar biasa.
Subuh juga mengatakan saat ini pemerintah sedang mengembangkan vaksin untuk penyakit DBD yang diharapkan bisa dimulai vaksinasi pada 2019.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: