ADB perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1 persen tahun ini
1 Februari 2017 12:19 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) bersama Presiden Asian Development Bank (ADB) Takehiko Nakao (kiri) menyampaikan keterangan kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di kantor Presiden, Jakarta, Rabu (1/2/2017). Dalam pertemuan tersebut, ADB mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah menempuh kebijakan ekonomi di tengah ketidakpastian keuangan global. (ANTARA /Puspa Perwitasari)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2017 tumbuh 5,1 persen atau naik dibandingkan dengan 2016 yang sebesar 5,0 persen.
Presiden ADB Takehito Nakao, dalam konferensi pers bersama Menkeu Sri Mulyani Indrawati di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, menyebutkan peningkatan pertumbuhan ekonomu itu seiring dengan terus membaiknya investasi swasta dan masih kuatnya tingkat konsumsi di Indonesia.
ADB memuji Pemerintah Indonesia karena telah menempuh kebijakan ekonomi di tengah ketidakpastian keuangan global.
"Saya terkesan dengan komitmen kuat pemerintah terhadap reformasi kebijakan yang membuat bertambahnya kepercayaan pasar dan lebih banyak rakyat Indonesia memperoleh dari manfaat dari peningkatan ekonomi," kata Nakao.
Namun dari sisi inflasi, ADB memperkirakan ada kenaikan indikator menjadi 4,0 persen pada 2017 dibandingkan dengan 3,5 persen pada 2016.
Sejak September 2015, Indonesia telah meluncurkan 14 paket kebijakan yang terdiri atas serangkaian reformasi kebijakan di berbagai bidang yang ditujukan untuk meningkatkan investasi, memperkuat daya saing dan mendiversifikasi perekonomian.
ADB mencatat hasil nyata yang diperoleh dari paket reformasi itu, termasuk perbaikan posisi Indonesia dalam pemeringkatan kemudahan berusaha.
Sampai akhir 2016, lebih dari 500 perusahaan telah memanfaatkan direvisinya daftar negatif investasi, dengan investasi yang direncanakan hingga 12,9 miliar dolar AS.
Menurut ADB, peraturan terkait penetapan upah minimum juga telah mempermudah dunia usaha memperkirakan biaya usahanya.
Presiden ADB Takehito Nakao, dalam konferensi pers bersama Menkeu Sri Mulyani Indrawati di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, menyebutkan peningkatan pertumbuhan ekonomu itu seiring dengan terus membaiknya investasi swasta dan masih kuatnya tingkat konsumsi di Indonesia.
ADB memuji Pemerintah Indonesia karena telah menempuh kebijakan ekonomi di tengah ketidakpastian keuangan global.
"Saya terkesan dengan komitmen kuat pemerintah terhadap reformasi kebijakan yang membuat bertambahnya kepercayaan pasar dan lebih banyak rakyat Indonesia memperoleh dari manfaat dari peningkatan ekonomi," kata Nakao.
Namun dari sisi inflasi, ADB memperkirakan ada kenaikan indikator menjadi 4,0 persen pada 2017 dibandingkan dengan 3,5 persen pada 2016.
Sejak September 2015, Indonesia telah meluncurkan 14 paket kebijakan yang terdiri atas serangkaian reformasi kebijakan di berbagai bidang yang ditujukan untuk meningkatkan investasi, memperkuat daya saing dan mendiversifikasi perekonomian.
ADB mencatat hasil nyata yang diperoleh dari paket reformasi itu, termasuk perbaikan posisi Indonesia dalam pemeringkatan kemudahan berusaha.
Sampai akhir 2016, lebih dari 500 perusahaan telah memanfaatkan direvisinya daftar negatif investasi, dengan investasi yang direncanakan hingga 12,9 miliar dolar AS.
Menurut ADB, peraturan terkait penetapan upah minimum juga telah mempermudah dunia usaha memperkirakan biaya usahanya.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017
Tags: