Rupiah rabu pagi bergerak ke posisi Rp13.350
1 Februari 2017 10:43 WIB
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat sebesar 19 poin menjadi Rp13.350, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.369 per dolar AS.
"Rupiah kembali berada di area positif terhadap dolar AS, pergerakan mata uang domestik itu diuntungkan oleh fluktuasi dolar AS yang cenderung menurun di pasar global," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, melemahnya dolar AS itu seiring dengan melambatnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada 2016, sehingga mengurangi harapan kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate).
Kendati demikian, lanjut dia, penting juga bagi pelaku pasar untuk menunggu hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan respon terhadap kebijakan-kebijakan Presiden AS Donald Trump karena dapat mempengaruhi laju rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang mulai jenuh kenaikannya serta yield surat utang negara (SUN) di pasar dalam negeri yang tertahan oleh ekspektasi kenaikan inflasi juga dapat mengurangi ruang apresiasi bagi mata uang domestik.
Ia menambahkan bahwa fokus pasar juga sedang tertuju ke angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal empat 2016. Diharapkan laju PDB Indonesia mengalami pertumbuhan.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa dolar AS yang melemah akibat respon negatif pelaku pasar terhadap ketidakpastian kebijakan Presiden AS Donald Trump.
"Pasar tampaknya mencoba mendiskontokan sentimen masa depan ekonomi AS dan hubungan dagang dengan negara-negara lainnya dengan kebijakan Trump yang saat ini dinilai berpengaruh negatif pada ekonomi AS," katanya.
Ia menambahkan pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah juga seiring dengan perkiraan bank sentral AS (The Fed) yang masih akan mempertahankan suku bunganya dalam rapat FOMC.
"Rupiah kembali berada di area positif terhadap dolar AS, pergerakan mata uang domestik itu diuntungkan oleh fluktuasi dolar AS yang cenderung menurun di pasar global," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, melemahnya dolar AS itu seiring dengan melambatnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada 2016, sehingga mengurangi harapan kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate).
Kendati demikian, lanjut dia, penting juga bagi pelaku pasar untuk menunggu hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan respon terhadap kebijakan-kebijakan Presiden AS Donald Trump karena dapat mempengaruhi laju rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang mulai jenuh kenaikannya serta yield surat utang negara (SUN) di pasar dalam negeri yang tertahan oleh ekspektasi kenaikan inflasi juga dapat mengurangi ruang apresiasi bagi mata uang domestik.
Ia menambahkan bahwa fokus pasar juga sedang tertuju ke angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal empat 2016. Diharapkan laju PDB Indonesia mengalami pertumbuhan.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa dolar AS yang melemah akibat respon negatif pelaku pasar terhadap ketidakpastian kebijakan Presiden AS Donald Trump.
"Pasar tampaknya mencoba mendiskontokan sentimen masa depan ekonomi AS dan hubungan dagang dengan negara-negara lainnya dengan kebijakan Trump yang saat ini dinilai berpengaruh negatif pada ekonomi AS," katanya.
Ia menambahkan pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah juga seiring dengan perkiraan bank sentral AS (The Fed) yang masih akan mempertahankan suku bunganya dalam rapat FOMC.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: