Dalam dua hari, 900 ribu dolar terkumpul untuk bangun kembali masjid diTexas
31 Januari 2017 17:03 WIB
Masyarakat kota Los Angeles, Amerika Serikat (AS), memprotes kebijakan Presiden AS Donald Trump yang melarang Muslim dari sejumlah negara memasuki negerinya. Trump mengeluarkan kebijakan itu pada Jumat (27/1/2017) yang langsung menyulut gelombang protes di AS maupun masyarakat dunia. (Reuters)
San Fransisco (ANTARA News) - Sekitar lebih dari 900 ribu dolar Amerika Serikat dikumpulkan lewat Internet untuk membangun kembali masjid di Texas Selatan, yang hangus terbakar pada akhir pekan lalu.
Jumlah dana itu melampaui yang dibutuhkan, kata laman sumbangan, GoFundMe, Senin.
Laman GoFundMe untuk Pusat Islam Victoria menerima sumbangan dari 19 ribu warga dalam dua hari setelah masjid itu, yang terletak di 200 kilometer barat daya Houston, terbakar pada Sabtu.
Penyebab kebakaran itu masih dianggap "misterius", kata juru bicara Kota Victoria, OC Garza.
"Kami berterima kasih atas seluruh dukungan yang diberikan," kata kepala pengurus masjid dalam laman itu.
"Dukungan lewat kata-kata, kasih sayang, pelukan, uluran tangan, dan bantuan dana merupakan wujud semangat rakyat Amerika yang sesungguhnya," katanya.
Kebakaran terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani surat perintah berisi larangan masuk untuk warga tujuh negara berpenduduk mayoritas muslim, Jumat.
Meski demikian, otoritas terkait belum menemukan hubungan antara keputusan Trump dengan insiden kebakaran.
Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar jam 2 pagi waktu setempat, Sabtu, kata Garza.
"Saat pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian, api telah mencapai atap masjid. Jadi, fokusnya mencegah bencana agar tidak menyebar ke bangunan lain," katanya.
Masjid terbakar cukup parah hingga hanya menyisakan dinding luarnya, kata Garza.
Pemadam kebarakan bersama petugas dari FBI, Biro Alkohol, Tembakau, Peledak dan Senjata AS tengah menyelidiki insiden itu.
Garza mengatakan, penyelidikan akan menghabiskan waktu beberapa minggu sebelum sebab kebarakan ditemukan.
Muslim di AS terlihat mengkhawatirkan sikap anti-islam yang banyak ditunjukkan di negara itu.
Seorang pria keturunan Kanada-Prancis diduga sempat memasuki masjid di Kota Quebec, Minggu dan mulai menembaki jamaah di dalamnya.
Aksi itu menewaskan enam orang dan melukai 17 lainnya.
Garza mengatakan, pihak pemerintah telah menemui pengurus masjid, khususnya terkait pembongkaran sisa bangunan dan rencana pembangunan rumah ibadah itu di lokasi yang sama.
Ia mengatakan, dukungan pembangunan masjid banyak diberikan berbagai pihak.
Setidaknya 500 orang datang ke lokasi untuk ibadah pada Minggu.
"Mereka adalah warga teladan bagi masyarakat kami," kata Garza.
(KR-GNT/A/B002)
Jumlah dana itu melampaui yang dibutuhkan, kata laman sumbangan, GoFundMe, Senin.
Laman GoFundMe untuk Pusat Islam Victoria menerima sumbangan dari 19 ribu warga dalam dua hari setelah masjid itu, yang terletak di 200 kilometer barat daya Houston, terbakar pada Sabtu.
Penyebab kebakaran itu masih dianggap "misterius", kata juru bicara Kota Victoria, OC Garza.
"Kami berterima kasih atas seluruh dukungan yang diberikan," kata kepala pengurus masjid dalam laman itu.
"Dukungan lewat kata-kata, kasih sayang, pelukan, uluran tangan, dan bantuan dana merupakan wujud semangat rakyat Amerika yang sesungguhnya," katanya.
Kebakaran terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani surat perintah berisi larangan masuk untuk warga tujuh negara berpenduduk mayoritas muslim, Jumat.
Meski demikian, otoritas terkait belum menemukan hubungan antara keputusan Trump dengan insiden kebakaran.
Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar jam 2 pagi waktu setempat, Sabtu, kata Garza.
"Saat pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian, api telah mencapai atap masjid. Jadi, fokusnya mencegah bencana agar tidak menyebar ke bangunan lain," katanya.
Masjid terbakar cukup parah hingga hanya menyisakan dinding luarnya, kata Garza.
Pemadam kebarakan bersama petugas dari FBI, Biro Alkohol, Tembakau, Peledak dan Senjata AS tengah menyelidiki insiden itu.
Garza mengatakan, penyelidikan akan menghabiskan waktu beberapa minggu sebelum sebab kebarakan ditemukan.
Muslim di AS terlihat mengkhawatirkan sikap anti-islam yang banyak ditunjukkan di negara itu.
Seorang pria keturunan Kanada-Prancis diduga sempat memasuki masjid di Kota Quebec, Minggu dan mulai menembaki jamaah di dalamnya.
Aksi itu menewaskan enam orang dan melukai 17 lainnya.
Garza mengatakan, pihak pemerintah telah menemui pengurus masjid, khususnya terkait pembongkaran sisa bangunan dan rencana pembangunan rumah ibadah itu di lokasi yang sama.
Ia mengatakan, dukungan pembangunan masjid banyak diberikan berbagai pihak.
Setidaknya 500 orang datang ke lokasi untuk ibadah pada Minggu.
"Mereka adalah warga teladan bagi masyarakat kami," kata Garza.
(KR-GNT/A/B002)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: