Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah petinggi perusahaan teknologi mengungkapkan curahan hati (curhat)-nya menanggapi kebijakan imigrasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tak terkecuali pendiri dan pejabat eksekutif tertinggi (CEO) Facebook, Mark Zuckerberg.

"Kakek buyut saya datang dari Jerman, Austria dan Polandia. Orang tua Priscilla (istri Zuckerberg) adalah pengungsi dari China dan Vietnam. Amerika Serikat adalah negara imigran, dan kita harus bangga dengan itu," ujar Zuckerberg membuka postingannya di Facebook.

Chief Executive Officer (CEO) Facebook itu mengaku khawatir tentang dampak dari kebijakan yang diterapkan Presiden Trump.

Baca juga: Trump disebut-sebut akan hentikan visa bagi tujuh negara Islam

"Kita perlu menjaga negara ini aman, tapi kita harus melakukannya dengan berfokus pada orang-orang yang benar-benar menimbulkan ancaman," kata bapak beranak satu itu.

Menurut Zuckerberg, memperluas fokus penegakan hukum di luar orang-orang yang merupakan ancaman nyata akan membuat semua orang Amerika kurang aman. Sementara itu, jutaan orang tanpa dokumen yang tidak menimbulkan ancaman akan hidup dalam ketakutan deportasi.

"Kita juga harus menjaga pintu kita terbuka untuk pengungsi dan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Itulah kita. Jika kita menutup pengungsi beberapa dekade yang lalu, keluarga Priscilla tidak akan berada di sini hari ini," ujar dia.

Meski demikian, Zuckerberg mengaku senang saat mendengar Presiden Trump mengatakan bahwa dia akan "melakukan sesuatu" untuk para pemimpi (Dreamers), yakni sebutan bagi imigran yang dibawa ke AS pada usia muda oleh orang tua mereka.

Saat ini, menurut dia, 750.000 Dreamers memanfaatkan program Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA) yang memungkinkan mereka hidup dan bekerja secara legal di AS.

"Saya berharap Presiden dan timnya tetap memprioritaskan perlindungan ini, dan beberapa minggu ke depan saya bersama tim di FWD.us akan mencari cara untuk membantu," kata Zuckerberg.

Ia menimpali, "Saya juga senang Presiden percaya bahwa negara kita harus terus mendapatkan keuntungan dari orang-orang berbakat besar yang datang ke negara kita."

Zuckerberg sendiri mengaku bahwa isu tersebut bersifat pribadi, bahkan di luar latar belakang keluarganya.

Dia bercerita bahwa beberapa tahun lalu pernah mengajar di satu kelas di sekolah menengah yang beberapa siswa terbaiknya adalah mereka yang tidak memiliki dokumen legal.

"Mereka adalah masa depan kita juga. Kita adalah bangsa imigran, dan kita semua bermanfaat ketika yang terbaik dan tercerdas dari seluruh dunia dapat hidup, bekerja dan berkontribusi di sini," ujar Zuckerberg.

Ia menambahkan, "Saya harap kita menemukan keberanian dan kasih sayang untuk merangkul orang bersama-sama dan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk semua orang."

Baca juga: Google, Apple, protes kebijakan imigrasi Trump