Datsun masih pelajari peluang ekspor dari Indonesia
27 Januari 2017 18:08 WIB
Spoiler belakang aero kit yang disematkan pada Datsun GO Panca Special Version yang baru diperkenalkan dalam rangkaian Seseruan Sareng Datsun di Lembang, Bandung Barat, Kamis (26/1/2017). (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Bandung Barat (ANTARA News) - Head of Datsun Indonesia, Indriani Hadiwidjaja, mengungkapkan pihak prinsipal Datsun Global saat ini masih mempelajari dan mempertimbangkan peluang untuk mengekspor produk-produk jenama Jepang tersebut yang diproduksi di Indonesia ke negara-negara lain.
"Saat ini belum ada rencana ekspor, tetapi mungkin ke depannya bisa. Masih ada beberapa pertimbangan-pertimbangan tertentu yang saat ini kami masih pelajari," kata Indri di sela-sela rangkaian Seseruan Sareng Datsun di Lembang, Bandung Barat, Jumat.
Menurut Indri, peluang Indonesia untuk mengekspor produk-produk Datsun ke luar negeri cukup terbuka setidaknya berdasarkan tiga alasan, yakni ruang kapasitas produksi, ketertarikan sejumlah negara atas produk Datsun dan efisiensi modal bagi prinsipal Datsun.
Saat ini, pabrik Datsun di Indonesia memilki kapasitas produksi 40.000 unit per tahun, namun pada 2016 lalu penjualan Datsun baru mencapai 26.000 unit.
"Artinya sekitar 50-60 persen, masih ada ruang, termasuk jika untuk ekspor," kata Indri.
Sejumlah negara Asia Tenggara, menurut Indri telah menyatakan tertarik untuk mendatangkan Datsun di pasar mereka.
"Negara Asia Tenggara pasti sudah ada yang tertarik, pertimbangannya saat ini masih berjalan, beberapa negara sudah menyatakan ketertarikan, tapi sekarang masih belum terang," ujar Indri.
Datsun saat ini memiliki basis produksi di tiga negara, yakni Rusia, India dan Indonesia, sehingga lanjut Indri, tentunya prinsipal Datsun Global akan lebih memilih mengekspor atau memasok dari tiga negara ini ketimbang menanamkan modal di beberapa negara lain yang pasarnya meminati Datsun.
"Mana hang lebih potensial dan cocok dengan pasarnya, kalau untuk Asia Tenggara paling dekat ke Indonesia, kecuali mungkin untuk Filipina yang setirnya kiri bisa diambil dari Rusia," katanya.
"Sekarang kami masih menunggu dari Datsun Global, karena mereka saat ini baru empat negara, sudah ada ekspansi ke Nepal, Kazakhstan, negara-negara di Selatan Afrika juga sudah sempat ekspansi. Namun untuk Asia sendiri masih dalam studi," ujarnya menambahkan.
"Saat ini belum ada rencana ekspor, tetapi mungkin ke depannya bisa. Masih ada beberapa pertimbangan-pertimbangan tertentu yang saat ini kami masih pelajari," kata Indri di sela-sela rangkaian Seseruan Sareng Datsun di Lembang, Bandung Barat, Jumat.
Menurut Indri, peluang Indonesia untuk mengekspor produk-produk Datsun ke luar negeri cukup terbuka setidaknya berdasarkan tiga alasan, yakni ruang kapasitas produksi, ketertarikan sejumlah negara atas produk Datsun dan efisiensi modal bagi prinsipal Datsun.
Saat ini, pabrik Datsun di Indonesia memilki kapasitas produksi 40.000 unit per tahun, namun pada 2016 lalu penjualan Datsun baru mencapai 26.000 unit.
"Artinya sekitar 50-60 persen, masih ada ruang, termasuk jika untuk ekspor," kata Indri.
Sejumlah negara Asia Tenggara, menurut Indri telah menyatakan tertarik untuk mendatangkan Datsun di pasar mereka.
"Negara Asia Tenggara pasti sudah ada yang tertarik, pertimbangannya saat ini masih berjalan, beberapa negara sudah menyatakan ketertarikan, tapi sekarang masih belum terang," ujar Indri.
Datsun saat ini memiliki basis produksi di tiga negara, yakni Rusia, India dan Indonesia, sehingga lanjut Indri, tentunya prinsipal Datsun Global akan lebih memilih mengekspor atau memasok dari tiga negara ini ketimbang menanamkan modal di beberapa negara lain yang pasarnya meminati Datsun.
"Mana hang lebih potensial dan cocok dengan pasarnya, kalau untuk Asia Tenggara paling dekat ke Indonesia, kecuali mungkin untuk Filipina yang setirnya kiri bisa diambil dari Rusia," katanya.
"Sekarang kami masih menunggu dari Datsun Global, karena mereka saat ini baru empat negara, sudah ada ekspansi ke Nepal, Kazakhstan, negara-negara di Selatan Afrika juga sudah sempat ekspansi. Namun untuk Asia sendiri masih dalam studi," ujarnya menambahkan.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: