Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak menguat tipis sebesar satu poin menjadi Rp13.331, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.332 per dolar AS.

"Penguatan dolar AS cenderung tertahan terhadap rupiah meski tipis. Sebagian pelaku pasar uang masih mengkhawatirkan kebijakan proteksionisme Donald Trump," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan bahwa adanya proyeksi dari pasar mengenai produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal empat 2016 yang menurun turut menahan laju dolar AS.

Di sisi lain, lanjut dia, masih adanya optimisme pasar terhadap harga minyak mentah dunia yang naik seiring dengan kebijakan pengurangan produksi oleh anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan non-OPEC akan membuahkan hasil juga turut menahan laju dolar AS.

Ia mengatakan bahwa data klaim pengangguran Amerika Serikat yang dirilis meningkat menambah sentimen negatif bagi fluktuasi dolar AS. Laporan Departemen tenaga kerja AS menunjukkan jumlah klaim baru meningkat sekitar menjadi 259.000 dalam pekan yang berakhir pada 21 Januari.

Analis Binaartha Reza Priyambada menambahkan bahwa melemahnya dolar AS memberikan harapan bagi rupiah setelah sempat tertekan pada awal sesi pagi tadi. Harga komoditas yang nisbi masih berada di area positif menjadi salah satu faktornya.

"Harga komoditas yang menguat membuat sejumlah mata uang komoditas bergerak di area positif," ujarnya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.359 dibandingkan Kamis (26/1) Rp13.325.