IPU Suarakan Kepedulian Terhadap Ancaman Perubahan Iklim
29 April 2007 20:59 WIB
Nusa Dua (ANTARA News) - Warga dunia diharapkan mulai peduli pada isu perubahan iklim dan pemanasan global yang mengancam kelangsungan umat dunia.
Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua DPR RI, Agung Laksono, dalam pembukaan sidang majelis Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-116 di Nusa Dua, Bali, 29 April hingga 4 Mei 2007.
Agung mengatakan bahwa sudah saatnya semua pihak peduli mengenai isu perubahan iklim dan pemanasan global karena tanda-tandanya telah nampak.
Beberapa waktu terakhir mulai tampak gejala peningkatan suhu udara, naiknya permukaan air laut dan sejumlah tanda degradasi lingkungan.
Menurut dia, sudah tiba saatnya bagi negara-negara di dunia untuk bekerja sama menyukseskan protokol Kyoto.
Selain isu perubahan iklim, IPU juga akan membahas isu mengenai perdamaian, penyediaan lapangan kerja dan persamaan kedudukan di era demokrasi.
Terkait masalah global, menurut Agung, IPU juga akan membicarakan mengenai konflik yang terjadi di sejumlah bagian dunia.
Dikatakannya bahwa tidak benar jika konflik yang terjadi di sejumlah bagian dunia dipicu oleh perbedaan agama atau etnis, namun lebih disebabkan karena isu yang terkait dengan ekonomi.
Pernyataan senada dikemukakan oleh perwakilan dari Sekjen Persrikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Shafqat Kakakhel, yang mengatakan bahwa tanda-tanda perubahan iklim telah nampak secara jelas.
Dikatakannya bahwa perubahan iklim dan pemanasan global tidak hanya merusak lingkungan tapi juga dapat memberikan dampak pada kondisi sosial dan ekonomi.
Kakakhel mengatakan PBB juga sangat peduli dengan isu perubahan iklim dan berencana akan menggelar konperensi internasional mengenai perubahan iklim di Bali pada Desember 2007.
Dia juga menggarisbawahi arti pentingnya pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG`s) dan penghematan energi.
Sementara itu, sidang majelis Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-116 di Nusa Dua, Bali, Minggu malam, pukul 19.30 Wita, dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
Tags: