Rupiah Selasa pagi menguat 57 poin
24 Januari 2017 10:37 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 57 poin menjadi Rp13.312, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.369 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 57 poin menjadi Rp13.312, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.369 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS sejak hari pertama pasca pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
"Shock yang dikhawatirkan oleh banyak orang, kondisi itu membuka ruang untuk rupiah melanjutkan penguatannya. Penguatan rupiah juga seiring dengan pasar surat utang negara (SUN) yang terus menguat," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai pernyataan Donald Trump yang menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) turut menjadi salah satu penekan dolar AS.
"Dolar AS semakin tertekan saat Trump meresmikan penarikan diri dari TPP," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, janji Trump yang akan memangkas pajak untuk mendongkrak performa industri manufaktur juga belum mempengaruhi harapan kenaikan inflasi Amerika Serikat.
Analis Binaartha Reza Priyambada menambahkan bahwa Donald Trump yang belum memberikan sinyal kejelasan akan kebijakan fiskal memberikan imbas positif pada laju mata uang di negara kawasan Asia, termasuk rupiah.
"Rupiah melanjutkan apresiasi. Kami harapkan tren penguatan masih berlanjut pada rupiah di tengah belum adanya kejelasan masa depan ekonomi AS," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS sejak hari pertama pasca pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
"Shock yang dikhawatirkan oleh banyak orang, kondisi itu membuka ruang untuk rupiah melanjutkan penguatannya. Penguatan rupiah juga seiring dengan pasar surat utang negara (SUN) yang terus menguat," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai pernyataan Donald Trump yang menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) turut menjadi salah satu penekan dolar AS.
"Dolar AS semakin tertekan saat Trump meresmikan penarikan diri dari TPP," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, janji Trump yang akan memangkas pajak untuk mendongkrak performa industri manufaktur juga belum mempengaruhi harapan kenaikan inflasi Amerika Serikat.
Analis Binaartha Reza Priyambada menambahkan bahwa Donald Trump yang belum memberikan sinyal kejelasan akan kebijakan fiskal memberikan imbas positif pada laju mata uang di negara kawasan Asia, termasuk rupiah.
"Rupiah melanjutkan apresiasi. Kami harapkan tren penguatan masih berlanjut pada rupiah di tengah belum adanya kejelasan masa depan ekonomi AS," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: