Baterai lithium-ion yang digunakan untuk ponsel Samsung Galaxy Note 7 menjadi penyebab utama handset tersebut terbakar, sehingga perusahaan asal Korea Selatan itu harus menarik perangkat tersebut skala global.
"Kami benar-benar minta maaf untuk ketidaknyamanan ini," kata Kepala Bisnis Mobile Samsung, Koh Dong-jin, saat konferensi pers di Seoul, Senin (23/1) waktu setempat.
Samsung Electronics menjelaskan mereka telah menguji coba 10 ribu perangkat dan baterai untuk mengetahui penyebab kerusakan, baik perangkat lunak maupun perangkat keras.
Dilansir dari laman The Guardian, casing baterai asli ponsel tersebut terlalu kecil sehingga menyebabkan konsleting lalu terbakar.
Baterai itu lalu diganti, buatan pabrik yang berbeda, tapi, tetap terbakar.
Samsung melibatkan 700 insinyur dan peneliti untuk mengetes lebih dari 20 ribu Galaxy Note yang sudah dirakit sempurna dan lebih dari 300ribu baterai.
Masalah utama di baterai lithium-ion yang digunakan di Note 7 keluaran pertama berasal dari struktur dalam, yaitu susunan elektroda positif dan negatif.
ANTARA News/Samsung.com
Dalam beberapa kasus, baterai tergencet di sudut sehingga ujung elektroda negatif tertekuk.
Baterai pengganti, yang berasal dari pemasok berbeda, pun tetap memercikkan api. (Baca juga: Baterai diduga penyebab Note 7 meledak)
Api berasal dari tusukan komponen super tipis yang memisahkan elektroda positif dan negatif dan isolasi rusak.
ANTARA News/Samsung.com
Samsung menarik sekitar 2,5 juta Note 7 dari peredaran sejak September dan secara permanen menghentikan produksi ponsel flagship tersebut pada Oktober 2016.
Samsung berjanji akan mereformasi produksi dan kualitas kontrol produknya untuk mencegah terulangnya insiden tersebut.
"Kami berharap untuk bergerak maju dengan komitmen baru untuk keselamatan. Pelajaran dari beberapa bulan terakhir sekarang sangat tercermin dalam proses dan dalam budaya perusahaan kami."
(Baca juga: Samsung ungkap penyebab Note 7 meledak)