Bantul, DIY (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong Dusun Karangtalun, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, menjadi sentra budi daya burung kicauan jenis murai batu.

"Prospek bisnis burung kicauan murai batu bisa menjadi sumber penghasilan yang menguntungkan, apalagi di kalangan pencinta burung berkicau, murai batu memiliki penggemar setia yang cukup banyak. Potensi inilah yang membuat pemerintah Kabupaten Bantul mendorong budi daya murai batu dalam konsep pemberdayaan masyarakat," kata Pembina Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul, Wahyu Rahardjo, di Bantul, Minggu.

Menurut dia, burung murai batu alias kucica hutan (Copsichus malabaricus dari famili Muscicapidae) memiliki kicauan yang merdu sehingga menjadi primadona para pencinta burung berkicau di Tanah Air sehingga banyak yang membudidayakan karena harga jualnya relatif tinggi.

"Di Dusun Karangtalun ini sebagian besar warganya menjadi pembudi daya burung Murai Batu sejak enam bulan terakhir. Potensi ini yang kami kembangkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk dijadikan sentra penangkaran burung murai batu," katanya.

Ia mengatakan di Dusun Karangtalun ini setidaknya terdapat 20 kelompok penangkar burung, terutama Murai Batu, mereka telah diberi bantuan dua indukan burung murai batu yang siap untuk dikembangbiakkan.

"Dengan berkembanganya sentra penangkaran di Karangtalun ini diharapkan nantinya para pecinta burung kicauan tidak perlu lagi mencari dari daerah lain, bahkan kami harapkan wilayah ini dapat memasok burung kicauan ke daerah lain," katanya.

Wahyu mengatakan di sisi lain burung kicauan semakin hari semakin punah, alternatif yang paling kuat karena ini barang perdagangan agar tidak punah.

"Solusinya ya penangkaran, visinya pelestarian dan visi ekonomi masyarakat," katanya.

Ketua Kelompok Ternak Burung Wukirsari, Agung Trisnawanto, mengatakan, burung murai batu saat ini masi menjadi primadona penggemar burung berkicau dan harganya cukup tinggi.

"Selain fisiknya yang terlihat sangat bagus sebagai burung fighter dengan ekor yang panjang bisa mencapai 30 sentimeter, Murai batu juga pandai untuk menirukan berbagai suara yang ada di sekitarnya. Tidak heran jika Murai Batu menjadi primadona, peluang inillah yang memotivasi warga untuk membudidayakan hewan endemik Asia tersebut karena potensi burung ini memiliki prospek bisnis yang paling cerah," katanya.

Ia mengatakan menekuni budi daya burung murai batu diyakini mampu mendatangkan keuntungan yang menjanjikan, dimana dalam setiap tiga bulan sekali untuk satu pasang murai batu dapat bertelur dua kali.

"Harga untuk satu anakan antara Rp2 juta hingga Rp2,5 juta, dari hasil penangkaran tersebut rata-rata peternak mampu menjual sekitar 20 hingga 30 murai batu sebulan," kataya.

Menurut dia, kondisi ini masih jauh dari kebutuhan pasar yang per bulan mencapai 500 murai batu.

"Melalui program pemberdayaan masyarakat ini, diharapkan jumlah produksi nantinya mampu mencukupi kebutuhan pasar sehingga tidak perlu mendatangkan pasokan dari daerah lain," katanya.