Palembang (ANTARA News) - Bank Indonesia menahan posisi suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo pada level 4,75 persen untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Sabtu, mengatakan berdasarkan Rapat Dewan Gubernur juga diputuskan tidak mengubah bunga Deposit Facility dan Lending Facility, masing-masing di posisi 4,0 persen dan 5,5 persen.
"Setelah mencatat kinerja relatif baik di 2016, BI memutuskan untuk menahan posisi suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo," kata Ponco.
Ia mengatakan, faktor yang melatari langkah ini selain kinerja perekonomian yang membaik pada tahu lalu juga prospek ekonomi ke depan diperkirakan membaik dengan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Meski demikian, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko pada 2017, baik global terutama arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, pemulihan ekonomi Tiongkok serta tren kenaikan harga minyak dunia.
"Ke depan BI tetap mewaspadai risiko keuangan global dan tetap lakukan stabilitas kurs dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," kata dia.
Keputusan untuk menahan suku bunga itu juga mempertimbangkan tingkat inflasi 2016 dan awal Januari 2017 yang cukup stabil dan berada di batas bawah sasaran 4 plus minus 1 persen.
Tercatat hingga akhir Desember 2016, Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 0,42 persen lebih rendah dari posisi November yang sebesar 0,47 persen (month to month) dengan demikian sepanjang 2016 inflasi berada di posisi 3,02 persen.
Dari sisi global, perekonomian dunia tahun ini diperkirakan akan didorong oleh kenaikan konsumsi dan investasi non residensial di Amerika Serikat dan tingkat pengangguran di AS juga menurun ke level terendah dan angka inflasi mengarah ke target jangka panjang.
Dari pergerakan rupiah, pasca hasil pemilu AS, BI mencatat rupiah terus menguat seiring dengan aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik.
Saat ini rupiah terapresiasi 0,59 persen secara bulanan menjadi Rp13.473 per dolar. Sedangkan tahun lalu, rupiah menguat hingga 2,32 persen sepanjang tahun yang didukung oleh persepsi positif investor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Penguatan itu sejalan dengan kenaikan aliran dana masuk terutama di SUN dan outflow di pasar saham berkurang setelah kenaikan Fed Rate bahkan mendorong inflow di 2016.
"Angka ini didukung oleh inflasi inti yang rendah, amdinistered prices yang minimal, di tengah gejolak harga pangan yang naik," kata dia.
BI fokus jaga stabilitas makro ekonomi
21 Januari 2017 21:15 WIB
Bank Indonesia (BI) (ANTARA)
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: