Menperin fokus kembangkan teknologi dan inovasi di WEF 2017
19 Januari 2017 21:38 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berfoto bersama (kiri ke kanan) Menteri Perdagangan dan Industri Filipina Ramon M. Lopez, Menteri Perindustrian Kamboja Pan Sorasak, Menteri Perdagangan Thailand Apiradi Tantraporn, Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia Dato' Sri Mustapa saat agenda diskusi Panel "Shaping The Future of Production in ASEAN di Davos, Swiss. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memastikan fokus terhadap pengembangan teknologi dan inovasi di industri nasional pada pertemuan World Economic Forum (WEF) 2017 di Davos, Swiss.
Hal ini merupakan upaya mengantisipasi penerapan sistem teknologi produksi global terbaru, sebagai dampak dari revolusi industri keempat atau industry 4.0.
“Apalagi saat ini ditandai dengan munculnya beberapa terobosan teknologi seperti mobile connectivity, artificial intelligence, internet of things, next generation robotics, 3D printing, genetic engineering, nanotechnology, advanced materials, dan biotechnology,” ujarnya lewat keterangan pers diterima di Jakarta, Kamis.
Airlangga menyampaikan hal tersebut saat diskusi panel Indonesia Night dalam rangkaian WEF 2017 di Davos, Swiss, Rabu waktu setempat (18/1).
Menurut Airlangga, langkah yang akan dilakukan ke depan secara keseluruhan dapat menentukan proses yang terjadi dalam industri manufaktur di dalam negeri, antara lain berpengaruh pada model bisnis, jaringan suplai global, kebutuhan tenaga kerja, dan kelangsungan pembangunan industrinya.
“Kami berharap, melalui WEF 2017 akan dihasilkan agenda kerja sama yang bermanfaat di tingkat global dan regional bagi para pengambil kebijakan maupun pelaku usaha untuk menyusun pendekatan baru dalam membangun sistem produksi yang inovatif dan aplikatif, selaras dengan fenomena industry 4.0,” paparnya.
Kehadirannya di WEF 2017 sebagai board of stewards (pengarah) dari delegasi Indonesia, lanjut Airlangga, dimanfaatkan pula untuk berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan isu-isu penting terkini khususnya di sektor industri. “Selain itu, kami berupaya membangun network dengan komunitas Menteri Perindustrian dan Perdagangan dunia, serta berinteraksi dengan para pempimpin bisnis penting dunia,” tuturnya.
Lebih lanjut, menurutnya, pandangan dari kalangan para pempimpin pemerintah, dunia usaha, akademisi, politisi, dan organisasi internasional terkemuka yang hadir di WEF 2017 dapat menjadi referensi bagi kebijakan pemerintah Indonesia dalam pengembangan industri nasional ke depan. Hal ini sesuai dengan tema forum ekonomi dunia yang berlangsung selama 17-20 Januari 2017 dengan dihadiri sebanyak 3000 peserta dan 50 kepala negara, yakni shaping the future of production.
“Bahkan, WEF 2017 bisa menjadi kesempatan untuk menjajaki peluang investasi dan kolaborasi bisnis,” ungkap Airlangga.
Pada tahun ini, Airlangga telah mengusulkan beberapa projek terkait kerja sama pemerintah dan swasta, salah satunya adalah pengembangan teknologi gasifikasi batu bara. Proyek ini akan dipacu dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan.
Di samping itu, ia juga bakal mendorong peningkatkan daya saing dan perluasan pasar bagi industri kecil dan menengah (IKM) nasional melalui e-Smart IKM, yang diharapkan dapat menjadi bagian dari rantai pasok dunia. “Kemudian, terkait dengan peningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal, kami akan melakukan pengenalan terhadap perubahan teknologi dikaitkan dengan skill yang diperlukan,” jelasnya.
Hal ini merupakan upaya mengantisipasi penerapan sistem teknologi produksi global terbaru, sebagai dampak dari revolusi industri keempat atau industry 4.0.
“Apalagi saat ini ditandai dengan munculnya beberapa terobosan teknologi seperti mobile connectivity, artificial intelligence, internet of things, next generation robotics, 3D printing, genetic engineering, nanotechnology, advanced materials, dan biotechnology,” ujarnya lewat keterangan pers diterima di Jakarta, Kamis.
Airlangga menyampaikan hal tersebut saat diskusi panel Indonesia Night dalam rangkaian WEF 2017 di Davos, Swiss, Rabu waktu setempat (18/1).
Menurut Airlangga, langkah yang akan dilakukan ke depan secara keseluruhan dapat menentukan proses yang terjadi dalam industri manufaktur di dalam negeri, antara lain berpengaruh pada model bisnis, jaringan suplai global, kebutuhan tenaga kerja, dan kelangsungan pembangunan industrinya.
“Kami berharap, melalui WEF 2017 akan dihasilkan agenda kerja sama yang bermanfaat di tingkat global dan regional bagi para pengambil kebijakan maupun pelaku usaha untuk menyusun pendekatan baru dalam membangun sistem produksi yang inovatif dan aplikatif, selaras dengan fenomena industry 4.0,” paparnya.
Kehadirannya di WEF 2017 sebagai board of stewards (pengarah) dari delegasi Indonesia, lanjut Airlangga, dimanfaatkan pula untuk berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan isu-isu penting terkini khususnya di sektor industri. “Selain itu, kami berupaya membangun network dengan komunitas Menteri Perindustrian dan Perdagangan dunia, serta berinteraksi dengan para pempimpin bisnis penting dunia,” tuturnya.
Lebih lanjut, menurutnya, pandangan dari kalangan para pempimpin pemerintah, dunia usaha, akademisi, politisi, dan organisasi internasional terkemuka yang hadir di WEF 2017 dapat menjadi referensi bagi kebijakan pemerintah Indonesia dalam pengembangan industri nasional ke depan. Hal ini sesuai dengan tema forum ekonomi dunia yang berlangsung selama 17-20 Januari 2017 dengan dihadiri sebanyak 3000 peserta dan 50 kepala negara, yakni shaping the future of production.
“Bahkan, WEF 2017 bisa menjadi kesempatan untuk menjajaki peluang investasi dan kolaborasi bisnis,” ungkap Airlangga.
Pada tahun ini, Airlangga telah mengusulkan beberapa projek terkait kerja sama pemerintah dan swasta, salah satunya adalah pengembangan teknologi gasifikasi batu bara. Proyek ini akan dipacu dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan.
Di samping itu, ia juga bakal mendorong peningkatkan daya saing dan perluasan pasar bagi industri kecil dan menengah (IKM) nasional melalui e-Smart IKM, yang diharapkan dapat menjadi bagian dari rantai pasok dunia. “Kemudian, terkait dengan peningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal, kami akan melakukan pengenalan terhadap perubahan teknologi dikaitkan dengan skill yang diperlukan,” jelasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: