Pecalang Bali bantah tudingan jubir FPI
16 Januari 2017 14:34 WIB
Deklarasi Front Pembela Indonesia Massa membubuhkan tanda tangan dalam aksi mendeklarasikan kebhinekaan Indonesia di Tugu Kujang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/11/2016). Berbagai elemen masyarakat meleburkan diri dalam wadah Front Pembela Indinesia (FPI) mengumandangkan ke-bhinekaan dari Kota Bogor, dalam aksinya mereka menolak aksi yang ingin mengubah dasar negara dan makar. (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya) ()
Denpasar (ANTARA News) - Pecalang Bali membantah tudingan Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman yang menyebutkan bahwa petugas keamanan adat itu melempari rumah penduduk dan melarang umat Muslim melakukan sholat Jumat seperti yang beredar di Youtube.
"Kami tidak ada pelanggaran seperti itu," kata Ketua Pecalang Provinsi Bali, Made Mudra ditemui di Markas Polda Bali di Denpasar, Senin.
Begitu juga terkait laporan seperti yang dituduhkan, pihaknya juga tidak menemukan adanya hal tersebut terjadi di Pulau Dewata.
Menurut dia, hubungan umat Hindu dengan umat agama lainnya termasuk Islam di Bali berjalan harmonis.
Petugas keamanan adat atau pecalang, lanjut dia, juga kerap membantu pengamanan saat umat Muslim melakukan sholat, sama halnya saat umat Kristen merayakan Natal juga turun melakukan pengamanan agar ibadah umat berjalan lancar.
Pecalang, ucap Mudra, juga kerap memberikan bantuan pengamanan kepada umat agama lain di Bali, begitu juga sebaliknya sehingga toleransi antarumat beragama berjalan lancar.
Ia meminta kepada pecalang di seluruh Bali untuk tidak terpancing dengan adanya tudingan yang dilontarkan salah satu petinggi di FPI tersebut.
"Saya meredam sementara dulu, jangan emosi kepada pecalang di masing desa pakraman di seluruh Bali. Mudah-mudahan bisa mengendalikan diri," imbuhnya.
Polisi saat ini tengah mendalami laporan warga Muslim di Denpasar, Zet Hasan kepada Polda Bali tekait adanya rekaman video berisi ucapan Munarman yang menyebut pecalang melempari rumah penduduk dan melarang umat Muslim melakukan sholat Jumat.
Video yang diunggah Markaz Syariah pada 17 Juni 2016 itu berdurasi 1 jam 24 menit menampilkan Munarman bersama anggota FPI lainnya tengah mendatangi kantor Harian Kompas di Jakarta pada 16 Juni 2016.
"Kompas tidak pernah mengkritik pecalang-pecalang di Bali yang kadang-kadang melempari rumah penduduk, melarang orang sholat Jumat, engga pernah ada kritik dari Kompas, bertahun-tahun itu sudah kita saksikan," ucapnya pada menit ke 15.15 hingga 15.26 dalam video tersebut.
"Kami tidak ada pelanggaran seperti itu," kata Ketua Pecalang Provinsi Bali, Made Mudra ditemui di Markas Polda Bali di Denpasar, Senin.
Begitu juga terkait laporan seperti yang dituduhkan, pihaknya juga tidak menemukan adanya hal tersebut terjadi di Pulau Dewata.
Menurut dia, hubungan umat Hindu dengan umat agama lainnya termasuk Islam di Bali berjalan harmonis.
Petugas keamanan adat atau pecalang, lanjut dia, juga kerap membantu pengamanan saat umat Muslim melakukan sholat, sama halnya saat umat Kristen merayakan Natal juga turun melakukan pengamanan agar ibadah umat berjalan lancar.
Pecalang, ucap Mudra, juga kerap memberikan bantuan pengamanan kepada umat agama lain di Bali, begitu juga sebaliknya sehingga toleransi antarumat beragama berjalan lancar.
Ia meminta kepada pecalang di seluruh Bali untuk tidak terpancing dengan adanya tudingan yang dilontarkan salah satu petinggi di FPI tersebut.
"Saya meredam sementara dulu, jangan emosi kepada pecalang di masing desa pakraman di seluruh Bali. Mudah-mudahan bisa mengendalikan diri," imbuhnya.
Polisi saat ini tengah mendalami laporan warga Muslim di Denpasar, Zet Hasan kepada Polda Bali tekait adanya rekaman video berisi ucapan Munarman yang menyebut pecalang melempari rumah penduduk dan melarang umat Muslim melakukan sholat Jumat.
Video yang diunggah Markaz Syariah pada 17 Juni 2016 itu berdurasi 1 jam 24 menit menampilkan Munarman bersama anggota FPI lainnya tengah mendatangi kantor Harian Kompas di Jakarta pada 16 Juni 2016.
"Kompas tidak pernah mengkritik pecalang-pecalang di Bali yang kadang-kadang melempari rumah penduduk, melarang orang sholat Jumat, engga pernah ada kritik dari Kompas, bertahun-tahun itu sudah kita saksikan," ucapnya pada menit ke 15.15 hingga 15.26 dalam video tersebut.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017
Tags: