Peneliti Jepang ingatkan bahaya foto pose "dua jari"
16 Januari 2017 12:51 WIB
Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (tengah) bersama warga melakukan salam dua jari saat "blusukan" berkampanye ke daerah Cililitan, Jakarta, Rabu (28/12). ( ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc/16.)
Tokyo (ANTARA News) - Tim peneliti di Japan National Institute of Informatics (NII) mengingatkan adanya bahaya pencurian sidik jari dari foto-foto dengan pose dua jari atau jari yang membentuk simbol "peace".
Teknologi rekognisi sidik jari saat ini terjual bebas untuk memverifikasi identitas, seperti saat menyalakan ke ponsel pintar, tablet atau komputer laptop.
Penyebaran perangkat mobile dengan kamera berkualitas tinggi dan situs media sosial di mana foto dapat dengan mudahnya diunggah, meningkatkan risiko bocornya informasi personal.
Para peneliti NII mampu mengkopi sidik jari berdasarkan foto yang dijepret dengan kamera digital sejauh tiga meter dari subyek.
"Hanya dengan menunjukkan tanda 'peace' saat foto, sidik jari sangat mudah tersebar," kata peneliti NII Isao Echizen pada Sankei Shimbun, seperti dilansir AFP.
"Data sidik jari dapat dibuat ulang jika sidik jari jelas terlihat dengan fokus dan pencahayaan yang baik," kata Echizen pada TV Yomiuri.
Dia menambahkan teknologi canggih tak diperlukan untuk pencurian identitas tersebut dan siapapun bisa melakukan itu.
NII mengatakan, mereka mengembangkan film transparan yang mengandung titanium oksida yang bisa ditempelkan di jari untuk menyembunyikan sidik jari.
Tapi teknologi itu belum siap tersedia setidaknya dua tahun dari sekarang.
Teknologi rekognisi sidik jari saat ini terjual bebas untuk memverifikasi identitas, seperti saat menyalakan ke ponsel pintar, tablet atau komputer laptop.
Penyebaran perangkat mobile dengan kamera berkualitas tinggi dan situs media sosial di mana foto dapat dengan mudahnya diunggah, meningkatkan risiko bocornya informasi personal.
Para peneliti NII mampu mengkopi sidik jari berdasarkan foto yang dijepret dengan kamera digital sejauh tiga meter dari subyek.
"Hanya dengan menunjukkan tanda 'peace' saat foto, sidik jari sangat mudah tersebar," kata peneliti NII Isao Echizen pada Sankei Shimbun, seperti dilansir AFP.
"Data sidik jari dapat dibuat ulang jika sidik jari jelas terlihat dengan fokus dan pencahayaan yang baik," kata Echizen pada TV Yomiuri.
Dia menambahkan teknologi canggih tak diperlukan untuk pencurian identitas tersebut dan siapapun bisa melakukan itu.
NII mengatakan, mereka mengembangkan film transparan yang mengandung titanium oksida yang bisa ditempelkan di jari untuk menyembunyikan sidik jari.
Tapi teknologi itu belum siap tersedia setidaknya dua tahun dari sekarang.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: