Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (DJBC Kemenkeu) kembali melakukan koordinasi untuk mencegah masuknya rokok ilegal, setelah sebelumnya dinilai sukses memerangi rokok ilegal di tahun 2016.

Menurut Kasubdit Komunikasi dan Publikasi Bea Cukai, Deni Surjantoro di Jakarta, Kamis, jumlah penindakan di tahun 2016 terhadap rokok ilegal merupakan yang paling tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pencapaian tersebut menjadi sinyal kesiapan Bea Cukai dalam menghadapi tantangan di 2017 dimana pemerintah telah menetapkan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) rata-rata 10,54 persen. Ke depan, Bea Cukai menyatakan siap berkoordinasi dengan instansi lain untuk lebih mengerem peredaran rokok ilegal agar tidak lebih meluas, jelas Deni.

"Di tahun 2016 kita melakukan banyak sekali penindakan. Hal ini bisa dilihat dari statistik jumlah kasus penindakan yang kami lakukan pada periode Januari hingga Desember 2016 yaitu sebanyak 1.597 kasus, atau hampir setengah dari akumulasi penindakan selama 3 tahun terakhir," ujar Deni.

Data yang dikeluarkan oleh Bea Cukai terkait penindakan rokok ilegal menunjukan pada tahun 2013 pihaknya melakukan penindakan terhadap 635 kasus, pada tahun 2014 terhadap 901 kasus, sementara pada tahun 2015 terhadap 1,232 kasus.

Sedangkan sepanjang periode Januari hingga pertengahan Desember 2016, Direktorat Bea dan Cukai Kementerian Keuangan berhasil melakukan peningkatan yang cukup signifikan sebanyak 1.597 penindakan kasus hasil tembakau ilegal dengan jumlah barang bukti yang disita sebanyak 287 juta batang rokok. Dari total barang yang disita tersebut menembus nilai sebesar Rp 217,7 miliar.

Deni menjelaskan, dari temuan di periode 2016 ini, peredaran rokok ilegal cukup merata di wilayah Indonesia. Dalam pengembangannya modus operandi yang dilakukan oleh para pengedar rokok ilegal ini bermacam-macam. Modus pelanggaran yang berhasil ditindak adalah rokok yang dilekati pita cukai palsu, rokok yang dilekati pita cukai yang bukan haknya (personalisasi), atau ada juga rokok yang tanpa dilekati pita cukai (rokok polos).

Pelaku usaha di industri tembakau juga menyampaikan apresiasi atas pencapaian Bea Cukai di 2016 dalam memerangi peredaran rokok ilegal.

Diwawancarai melalui telepon, Head of Fiscal Affairs & Communications PT HM Sampoerna Tbk., Elvira Lianita menyatakan apresiasinya atas penindakan rokok ilegal yang dilakukan Bea Cukai khususnya selama tahun 2016, tentunya selain mengamankan penerimaan negara, juga memberikan rasa aman serta jaminan persaingan sehat bagi kami pelaku industri hasil tembakau legal.

Seperti diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa waktu yang lalu, pemberantasan rokok ilegal yang dilakukan oleh Bea Cukai semakin meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Keberhasilan penindakan peredaran rokok illegal yang dilakukan pada tahun 2016 menjadi sinyal bagi Bea Cukai beserta instansi terkait lainnya untuk terus melakukan penindakan yang lebih intensif lagi di 2017 dan seterusnya.

Di sisi lain, peningkatan hasil penindakan peredaran rokok ilegal tersebut sekaligus juga menjadi sinyalemen yang patut diwaspadai, karena hal ini biasanya berarti peredaran rokok ilegal makin naik selama 2016 dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Keputusan pemerintah menaikkan tarif cukai rokok pada tahun 2017 dengan rata-rata tertimbang sebesar 10,54 persen dan kenaikan harga jual eceran (HJE) dengan rata-rata 12,26 persen. Seiring dengan kenaikan tarif cukai, pemerintah menargetkan kenaikan tarif cukai mampu menambah penerimaan negara menjadi Rp 149,8 triliun dari cukai rokok atau 11,72 persen dari total penerimaan negara 2017.

Melihat hal itu, Deni menyampaikan keputusan pemerintah menaikan tarif cukai rokok di 2017 merupakan tantangan bagi Bea Cukai terutama dalam mengatasi dan meminimalisir peredaran rokok ilegal. Baginya, peredaran rokok ilegal ini menjadi ancaman tersendiri bagi Bea Cukai sebagai respon atas kenaikan tarif cukai rokok di Indonesia.

"Memang benar kenaikan tarif cukai ini menjadi tantangan sendiri bagi kami di 2017 ini terutama terhadap ancaman peredaran produk ilegal. Tentunya kami juga tidak bekerja sendirian nanti dan akan berkoordinasi dengan instansi lain untuk mengatasi peredaran rokok ilegal lebih meluas," tegasnya.

Dalam keterangannya, Bea Cukai sudah mempersiapkan berbagai langkah untuk menyikapi potensi ancaman tersebut nantinya.

Dimulai dari penguatan sosialisasi, melakukan tindakan preventif hingga yang besifat represif merupakan strategi yang akan dikembangkan Bea Cukai dalam meminimalisir peredaran rokok ilegal.

"Ini kan berhubungan dengan produksi, distribusi hingga ke pemasaran. Sehingga kita harapkan juga kesadaran masyarakat untuk tidak lagi membeli rokok ilegal di samping tindakan represif juga kita lakukan," ujarnya.