Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 14 poin menjadi Rp13.294, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.308 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa dolar AS mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah menyusul pidato dari Presiden terpilih AS Donald Trump yang belum memberikan informasi secara rinci mengenai janji peningkatan belanja fiskal dan pengurangan pajak.

"Pernyataan-pernyataan Trump yang membingungkan akan memicu penurunan permintaan aset berdenominasi dolar AS," katanya.

Ia menambahkan bahwa pergerakan rupiah selanjutnya akan dipengaruhi oleh sentimen dari data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat serta pidato pejabat the Fed pada pekan ini.

"Nada hawkish dari The Fed untuk menaikkan suku bunga akan memberikan sinyal kenaikan dolar AS," katanya.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sejauh ini pasar belum melihat fundamental ekonomi AS akan membaik di bawah pemerintahan Donald trump menyusul komentar yang cenderung menyoroti masalah-maslah hasil pilpres AS kemarin.

"Komentasnya masih seputar isu dan rumor salah satunya menyebutkan Rusia turut campur pada pilpres AS November lalu," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak menguat turut menopang mata uang komoditas, termasuk rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Kamis (12/1) sore ini menguat 0,17 persen menjadi 52,34 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,53 persen ke posisi 55,39 dolar AS per barel.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.288 dibandingkan Rabu (11/1) Rp13.327.