Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memfasilitasi pengembangan industri kecil menengah (IKM) pakaian jadi di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, dengan pemberian bantuan alat dan mesin, pelaksanaan bimbingan teknis, serta pendampingan untuk membentuk wirausaha lokal dan pelaku industri profesional.

“Hadirnya Kawasan Industri Morowali yang menyerap tenaga kerja puluhan ribu orang, merupakan peluang penumbuhan IKM di sini dan sekitarnya baik untuk memasok kebutuhan pangan dan sandang,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Airlangga menyampaikan hal tersebut saat memberikan pengarahan pada acara Bimbingan Teknis Produksi dan Pengembangan Daya Saing IKM Pakaian Jadi di sela kunjungan kerja di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.

Kemenperin mencatat, pada 2015, IKM pakaian jadi menyerap tenaga kerja secara nasional sebanyak satu juta orang. Sedangkan, di Kabupaten Morowali terdapat 54 IKM pakaian jadi yang menyerap tenaga kerja sekitar 102 orang. Selanjutnya, nilai produksi dan jasa dari IKM pakaian jadi sebesar Rp73,4 triliun pada tahun 2016, sedangkan pada 2017 diproyeksi mencapai Rp74,6 triliun atau naik 1,7 persen dibanding tahun sebelumnya.

Pada kesempatan ini, Menperin menyaksikan penyerahan secara simbolis mesin jahit dan mesin obras yang dilakukan oleh Dirjen IKM Gati Wibawaningsih kepada Bupati Morowali yang akan disalurkan ke para pelaku IKM di Morowali. Total bantuan yang diberikan sebanyak 20 mesin jahit dan 5 mesin obras. “Kami harapkan, para perserta yang ikut bimbingan teknis ini nantinya dapat memasok kebutuhan pakaian seragam seluruh karyawan di Kawasan Industri Morowali,” ujar Airlangga.

Sementara itu, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menegaskan, program ini dilakukan secara bersinergi antara Kemenperin melalui Direktorat Jenderal IKM dengan pengelola Kawasan Industri Morowali, PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

“Kami berharap, melalui Pemerintah Daerah Morowali, juga dapat terus ditumbuhkan IKM lainnya melalui pengelolaan sumber daya alam yang ada, peningkatan nilai tambah dan perluasan pemasaran produk,” paparnya.

Gati memastikan, kegiatan ini akan mendorong penumbuhan wirausaha baru mandiri di bidang konveksi yang siap menjawab tantangan global. “Tentunya untuk menjadi wirausaha sukses diperlukan upaya dan kerja keras yang dapat meningkatkan kesejahteraan serta mampu mengangkat perekonomian bangsa,” tuturnya.

Langkah tersebut berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, di mana Kemenperin menargetkan penciptaan sebanyak 20.000 wirausaha baru. “Dalam mengejar sasaran tersebut, sepanjang tahun 2016, Kemenperin telah melaksanakan program pelatihan, pemberian startup capital, dan pendampingan kepada 3.745 calon wirausaha baru, yang 200 di antaranya sudah mendapatkan legalitas usaha industri,” ungkapnya.

Kemenperin juga melakukan pemberdayaan sentra IKM melalui penguatan kelembagaan, fasilitasi penggunaan teknologi tepat guna, fasilitasi peningkatan Unit Pelayanan Teknis (UPT).

Selain itu, pendampingan Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) serta pembangunan dan revitalisasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada 1.852 sentra IKM yang dibina pada tahun 2016, dari total 7.437 sentra IKM.