Warga pesisir Kowane Selatan nikmati listrik tenaga surya
11 Januari 2017 06:42 WIB
Ilustrasi--Energi Alternatif Pulau Rote. Pekerja membersihkan panel tenaga surya di Desa Bo'a, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Rabu (12/08). Sebanyak 120 rumah di desa tersebut menggunakan listrik dari lima unit kincir angin dan 78 unit panel panas matahari. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Kendari (ANTARA News) - Sebanyak 200 kepala keluarga (KK) di wilayah pesisir Desa Tambeanga, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara menikmati aliran listrik bertenaga surya.
Seorang warga Desa Tambeanga, Muhammad Syarif di Konawe Selatan, Rabu menuturkan rasa syukur setelah puluhan tahun menunggu baru merasakan listrik sekarang.
Dengan adanya penerangan listrik Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), masyarakat sangat bersyukur, karena anak-anak dapat belajar dimalam hari dan masyarakat sudah memperoleh berbagai informasi melalui media elektronik, ujaranya.
Syarif, warga setempat, juga mulai rutin melakukan pertemuan di balai desa saat malam hari, karena di waktu siang, mayoritas warga harus turun melaut.
"Walau kami telah menikmati listrik, warga desa Tambeanga, masih berharap adanya perhatian pemerintah, terutama jalan penghubung antardusun, tambatan perahu dan alat tangkap," imbuhnya.
Desa Tambeanga yang dulunya disebut sebagai daerah terisolir, kini mulai sedikit bangkit maju, namun hingga kini belum terjangkau jaringan telekomunikasi, sehingga masyarakat harus menyeberang ke pulau lain atau mencari dataran tinggi, untuk dapat berkomunikasi melalui telepon.
Di kampung tersebut telah terbangun satu unit gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri dan SMP Negeri, poliklinik desa, masjid sederhana dan sarana air bersih swadaya masyarakat.
Seorang warga Desa Tambeanga, Muhammad Syarif di Konawe Selatan, Rabu menuturkan rasa syukur setelah puluhan tahun menunggu baru merasakan listrik sekarang.
Dengan adanya penerangan listrik Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), masyarakat sangat bersyukur, karena anak-anak dapat belajar dimalam hari dan masyarakat sudah memperoleh berbagai informasi melalui media elektronik, ujaranya.
Syarif, warga setempat, juga mulai rutin melakukan pertemuan di balai desa saat malam hari, karena di waktu siang, mayoritas warga harus turun melaut.
"Walau kami telah menikmati listrik, warga desa Tambeanga, masih berharap adanya perhatian pemerintah, terutama jalan penghubung antardusun, tambatan perahu dan alat tangkap," imbuhnya.
Desa Tambeanga yang dulunya disebut sebagai daerah terisolir, kini mulai sedikit bangkit maju, namun hingga kini belum terjangkau jaringan telekomunikasi, sehingga masyarakat harus menyeberang ke pulau lain atau mencari dataran tinggi, untuk dapat berkomunikasi melalui telepon.
Di kampung tersebut telah terbangun satu unit gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri dan SMP Negeri, poliklinik desa, masjid sederhana dan sarana air bersih swadaya masyarakat.
Pewarta: Azis Senong
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: