Bengkulu (ANTARA News) - Dua kuntum Rafflesia gadutensis mekar sempurna di kawasan Hutan Lindung Bukit Daun wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, berjarak 70 kilometer dari Kota Bengkulu.
"Ada dua kuntum yang mekar dengan jarak hanya satu meter," kata Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, Riki Septian di Bengkulu, Selasa.
Satu dari dua bunga itu sudah mekar tiga hari sebelumnya, namun masih dapat dinikmati keunikannya hingga dua hari ke depan.
(Baca juga: Dua Rafflesia gadutensis mekar di Bengkulu Utara)
Sedangkan satu bunga lainnya baru mekar pada Selasa (10/1) dini hari di mana anggota KPPL setempat mengabadikan dengan alat rekam proses mekar bunga langka itu.
"Diameter keduanya tidak lebih dari 70 sentimeter, atau lebih kecil dari diameter Rafflesia arnoldii yang bisa mencapai 100 sentimeter,"kata Riki.
Ia menambahkan bahwa di HL Bukit Daun, terdapat lima lokasi habitat Rafflesia gadutensis yang telah ditemukan anggota KPPL Bengkulu Utara.
Lima spot tersebut rutin diawasi oleh anggota komunitas sebagai bentuk perlindungan sebab tidak jarang, flora langka yang dilindungi itu dirusak bahkan dicuri pihak yang tidak bertanggungjawab.
"Lima lokasi itu sudah pernah kami temukan mekar dan diameternya memang lebih kecil dari Rafflesia arnoldii," ucapnya.
Pengunjung tambah Riki masih dapat menikmati keunikan bunga yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu itu hingga empat hari ke depan.
Selain dua Rafflesia gadutensis, dua bunga langka Amorphophallus titanum juga mekar di lokasi penangkaran warga di Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.
Koordinator Kelompok Peduli Puspa Langka Tebat Monok, Holidin mengatakan satu bunga sudah mekar dua hari sebelumnya, sedangkan satu bunga lainnya dengan tinggi mencapai 1,5 meter akan mekar dalam beberapa hari ke depan.
Dua Rafflesia gadutensis mekar di Bengkulu Utara
10 Januari 2017 16:28 WIB
Dokumentasi "bunga" Rafflesia gadutensis mekar. Species dari genus Rafflesia ini berukuran lebih kecil ketimbang Rafflesia arnoldii.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: