Seribu mangrove ditanam di Pantai Panjang Bengkulu
10 Januari 2017 16:17 WIB
Wisata Magrove Kota Langsa Sejumlah pengunjung berjalan di kawasan Hutan Magrove Kota Langsa, Aceh, Rabu (16/12). Objek wisata hutan magrove yang baru dibuka pada Juni 2015 tersebut mulai diminati warga khususnya yang menggemari wisata alam. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Bengkulu (ANTARA News) - Anggota gereja Katolik Paroki Santo Yohanes, Bengkulu menanam 1.000 batang mangrove jenis Rhizopora Apiculata dan Ceriop tagal di kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang, Kota Bengkulu, Selasa.
"Penanaman mangrove ini sebagai ucapan syukur atas perayaan 90 tahun gereja Katolik Santo Yohanes Bengkulu," kata Ketua pelaksana penanaman mangrove, Martinus Arwindo di Bengkulu.
Penanaman mangrove tersebut didampingi sejumlah anggota Komunitas Mangrove Bengkulu yang sebelumnya telah menghijaukan sejumlah muara sungai guna pelestarian ekosistem mangrove.
Penanaman mangrove di muara Sungai Jenggalu tersebut tambah Martinus untuk mempertebal populasi mangrove di habitat aslinya itu.
Pelestarian mangrove lanjut Martinus penting dilakukan mengingat Bengkulu termasuk daerah rawan gempa bumi dan tsunami.
"Mangrove ini menjadi benteng hijau sebagai pelindung daratan kalau suatu saat terjadi tsunami," kata Martinus.
Anggota Komunitas Mangrove Bengkulu, Ziya Uzzikri mengatakan dua jenis mangrove yang ditanam yakni Rhizopora Apiculata dan Ceriop merupakan dua jenis mangrove yang mendominasi di muara Sungai Jenggalu.
"Kami mengapresiasi kegiatan jemaat Katolik Bengkulu yang melestarikan ekosistem mangrove pesisir Bengkulu," katanya.
Taman wisata Pantai Panjang dan Pulau Baai lanjut Ziya merupakan ekosistem mangrove yang perlu dilestarikan sehingga fungsinya terus berlanjut.
Ekosistem mangrove tambah dia penting dilestarikan mengingat fungsi ekologis dan ekonominya bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan itu.
"Pemijahan ikan berlangsung di ekosistem mangrove sehingga keberlanjutan hidup biota laut sangat bergantung dengan mangrove," katanya.
(Baca juga: Vegetasi bakau efektif reduksi gelombang tsunami)
"Penanaman mangrove ini sebagai ucapan syukur atas perayaan 90 tahun gereja Katolik Santo Yohanes Bengkulu," kata Ketua pelaksana penanaman mangrove, Martinus Arwindo di Bengkulu.
Penanaman mangrove tersebut didampingi sejumlah anggota Komunitas Mangrove Bengkulu yang sebelumnya telah menghijaukan sejumlah muara sungai guna pelestarian ekosistem mangrove.
Penanaman mangrove di muara Sungai Jenggalu tersebut tambah Martinus untuk mempertebal populasi mangrove di habitat aslinya itu.
Pelestarian mangrove lanjut Martinus penting dilakukan mengingat Bengkulu termasuk daerah rawan gempa bumi dan tsunami.
"Mangrove ini menjadi benteng hijau sebagai pelindung daratan kalau suatu saat terjadi tsunami," kata Martinus.
Anggota Komunitas Mangrove Bengkulu, Ziya Uzzikri mengatakan dua jenis mangrove yang ditanam yakni Rhizopora Apiculata dan Ceriop merupakan dua jenis mangrove yang mendominasi di muara Sungai Jenggalu.
"Kami mengapresiasi kegiatan jemaat Katolik Bengkulu yang melestarikan ekosistem mangrove pesisir Bengkulu," katanya.
Taman wisata Pantai Panjang dan Pulau Baai lanjut Ziya merupakan ekosistem mangrove yang perlu dilestarikan sehingga fungsinya terus berlanjut.
Ekosistem mangrove tambah dia penting dilestarikan mengingat fungsi ekologis dan ekonominya bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan itu.
"Pemijahan ikan berlangsung di ekosistem mangrove sehingga keberlanjutan hidup biota laut sangat bergantung dengan mangrove," katanya.
(Baca juga: Vegetasi bakau efektif reduksi gelombang tsunami)
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: